This study aims to analyze the implementation of the critical and creative thinking dimensions of the Pancasila Student Profile in IPAS (Social and Natural Sciences Integration) learning among fourth-grade students at SD Negeri 1 Kampungdalem. This research used a descriptive qualitative approach with data collected through observation, in-depth interviews, and documentation. The findings reveal that teachers have integrated both critical and creative thinking dimensions through contextual learning strategies, such as group discussions, problem-based learning, and environmentally-based creative projects. However, several obstacles were encountered, including limited instructional time, student ability diversity, and students’ reluctance to express their ideas. To address these challenges, collaborative efforts were made by teachers, school principals, and vice principals through continuous mentoring, internal training, and the creation of a more open and supportive learning environment. The implementation of these dimensions positively impacted students by encouraging logical reasoning, confidence in expressing opinions, and the ability to present original ideas. Thus, strengthening these dimensions in IPAS learning not only enhances students’ academic abilities but also fosters adaptive and innovative Pancasila student characters. ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi dimensi bernalar kritis dan kreatif dalam Profil Pelajar Pancasila pada pembelajaran IPAS kelas IV SD Negeri 1 Kampungdalem. Objek penelitian ini adalah SD Negeri 1 Kampungdalem, Kabupaten Tulungagung. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan teknik analisis menggunakan triangulasi dengan instrument penelitian adalah wawancara kepada guru IPAS kelas IV SD Negeri 1 Kampungdalen, Kepala Sekolah SD Negeri 1 Kampungdalem, Wakil Kepala Sekolah SD Negeri 1 Kampungdalem, dan siswa kelas IV SD Negeri 1 Kampungdalem. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru telah mengintegrasikan dimensi bernalar kritis dan kreatif dalam pembelajaran melalui berbagai model pembelajaran kontekstual seperti diskusi kelompok, problem-based learning, dan pembuatan proyek kreatif berbasis lingkungan. Namun, ditemukan beberapa kendala dalam implementasinya, seperti keterbatasan waktu, heterogenitas kemampuan siswa, dan kurangnya keberanian siswa dalam menyampaikan ide. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut melibatkan dukungan kolaboratif antara guru, kepala sekolah, dan wakil kepala sekolah, melalui pendampingan intensif, pelatihan internal, serta penciptaan lingkungan belajar yang lebih terbuka dan suportif. Dampak dari implementasi ini mendorong peserta didik untuk lebih berpikir logis, berani berpendapat, dan mampu mengekspresikan gagasan secara orisinal. Dengan demikian, penguatan dimensi bernalar kritis dan kreatif dalam pembelajaran IPAS tidak hanya meningkatkan kompetensi siswa secara akademik, tetapi juga membentuk karakter pelajar Pancasila yang adaptif dan inovatif.