Penelitian ini mengkaji peran rekonstruksi budaya dan modal sosial dalam pengentasan kemiskinan di wilayah pedesaan, dengan fokus pada masyarakat pasca relokasi pemukiman di Desa Lawang Kajang, Kecamatan Timpah, Kabupaten Kapuas. Keunikan studi ini terletak pada pendekatannya yang tidak hanya melihat kemiskinan dari dimensi struktural, tetapi juga menelusuri bagaimana nilai budaya dan jaringan sosial direkonstruksi secara aktif oleh warga sebagai respons terhadap perubahan spasial dan sosial. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis bagaimana transformasi nilai, praktik sosial, dan partisipasi kolektif berkontribusi terhadap proses keluar dari kemiskinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kemiskinan bersifat multidimensi dan terkait erat dengan keterisolasian geografis serta ketimpangan akses; (2) rekonstruksi budaya, termasuk transformasi ritual adat dan perubahan peran Perempuan, mampu menciptakan ruang sosial baru yang lebih inklusif; dan (3) modal sosial dalam bentuk gotong royong, kepercayaan, dan solidaritas lintas agama menjadi fondasi pembangunan sosial pasca relokasi. Penelitian ini berkontribusi pada pengembangan studi kemiskinan dan pembangunan berbasis masyarakat, dengan menawarkan model integratif antara pendekatan struktural dan kultural. Selain itu, menegaskan bahwa reproduksi identitas sosial tidak bersifat statis, tetapi dinegosiasikan melalui krisis, adaptasi, dan partisipasi kolektif. Dengan demikian, kajian ini juga mendorong perumusan ulang kebijakan pengentasan kemiskinan agar lebih kontekstual, inklusif, dan berakar pada kekuatan sosial-budaya masyarakat lokal.