The phenomenon of quiet quitting has been recognized as a growing trend in the workplace, particularly among recent graduates post-COVID-19 pandemic. It reflects a deliberate strategy by young workers to resist excessive workloads and address organizational neglect of work-life balance. This study employs a qualitative approach, focusing on five informants who are recent university graduates working in Yogyakarta's informal sector. In-depth interviews were conducted to understand their experiences and strategies in practicing quiet quitting. The findings reveal that quiet quitting emerges as a coping mechanism against exploitative work demands, involving strategies such as rejecting additional tasks outside working hours, clearly separating work from personal life, and negotiating a balance between professional obligations and personal well-being. These practices indicate resistance to exploitative workplace norms and highlight a broader effort to establish sustainable work-life dynamics. The study underscores quiet quitting as a covert resistance strategy that is intricately tied to maintaining well-being and balance.AbstrakFenomena quiet quitting telah menjadi tren yang semakin berkembang di dunia kerja, terutama di kalangan fresh graduate pasca-pandemi COVID-19. Praktik ini menunjukkan adanya strategi yang disengaja oleh pekerja muda untuk menolak beban kerja berlebihan serta kurangnya perhatian organisasi terhadap keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melibatkan lima informan yang merupakan lulusan perguruan tinggi di Yogyakarta dan bekerja di sektor informal. Wawancara mendalam dilakukan untuk memahami pengalaman mereka dan strategi yang diterapkan dalam praktik quiet quitting. Temuan penelitian menunjukkan bahwa quiet quitting muncul sebagai mekanisme penyesuaian terhadap tuntutan kerja yang eksploitatif, dengan strategi seperti menolak tugas tambahan di luar jam kerja, memisahkan secara tegas kehidupan pribadi dari pekerjaan, serta menegosiasikan keseimbangan antara tanggung jawab profesional dan kesejahteraan pribadi. Praktik ini menunjukkan adanya bentuk resistensi terhadap norma kerja yang eksploitatif sekaligus menekankan perlunya upaya lebih luas untuk menciptakan dinamika kerja yang berkelanjutan. Penelitian ini menegaskan bahwa quiet quitting merupakan strategi resistensi terselubung yang terkait erat dengan upaya menjaga kesejahteraan dan keseimbangan hidup.