Penelitian ini mengkaji aktivitas komunikasi nonverbal dalam tradisi kumpul sanak di Kelurahan Sengeti, Kabupaten Muaro Jambi, yang merupakan salah satu bentuk kearifan lokal dalam menjaga dan mempererat hubungan kekerabatan. Tradisi ini berlangsung secara turun-temurun dan menjadi ruang penting bagi anggota keluarga besar, sanak, kerabat sekampung untuk berkumpul memberi sumbangan kepada orang yang menikahkan anaknya guna bias melangsungkan resepsi pernikahan, saling berinteraksi, serta menegaskan identitas dan peran sosial masing-masing individu dalam komunikasi nonverbal yang muncul selama berlangsungnya tradisi, serta memahami makna simbolik dari setiap ekspresi nonverbal yang ditampilkan. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif fenomenologi. Teknik pengumpulan data meliputi observasi partisipatif, wawancara mendalam dengan tokoh adat, masyarakat sekitar, dan peserta tradisi, serta dokumentasi visual. Hasil penelitian menemukan bahwa komunikasi nonverbal dalam tradisi kumpul sanak terwujud melalui berbagai elemen, seperti ekspresi wajah penuh kehangatan, sentuhan fisik seperti salaman dan pelukan, gestur sopan saat menyapa, serta intonasi suara adat dan pengaturan tempat duduk berdasarkan senioritas. Selain itu, elemen nonverbal ini berperan penting dalam menyampaikan rasa hormat, kedekatan emosional, serta pengakuan terhadap norma dan nilai budaya setempat. Komunikasi nonverbal tidak hanya menjadi pelengkap interaksi verbal, tetapi juga berfungsi sebagai sarana pelestarian identitas budaya dan penguat struktur sosial kekerabatan. Temuan ini mempertegas pentingnya pemahaman terhadap bentuk komunikasi nonverbal dalam konteks budaya lokal, terutama dalam menjaga keberlanjutan tradisi dan keharmonisan sosial di tengah arus modernisasi.