Industri gula termasuk PG Krebet Baru memainkan peran strategis dalam memenuhi kebutuhan gula nasional yang terus meningkat, dengan produksi mencapai 5,05% dari total nasional pada tahun 2022. Proses penguapan di pabrik gula menggunakan evaporator sebagai peralatan kunci untuk meningkatkan konsentrasi nira dari 14% menjadi 68%. Proses penguapan di pabrik gula melibatkan bahan sensitif (sukrosa) terhadap panas tinggi, yang dapat meningkatkan gula invert dan merugikan industri. Untuk meningkatkan efisiensi energi, PG Krebet Baru II menggunakan sistem evaporator quintuple effect, yang terdiri dari lima unit penguapan bertingkat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efisiensi dan parameter perpindahan panas dalam sistem evaporator quintuple effect. Analisis evaporator quintuple effect dilakukan dengan menggunakan metode Dessin yang melibatkan serangkaian perhitungan yang dimulai dari penentuan mass flow nira, suhu uap jenuh, uap bleeding, dan jumlah air yang diuapkan. Sehingga akan diperoleh nilai °Brix, Boiling Point Elevation (BPE), laju perpindahan panas, dan overall heat transfer coefficient (U). Nilai °Brix keluar vessel yang diperoleh dari analisis data adalah 20,19; 29,70; 38,70; 47,62; 62,00. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kadar °Brix berhubungan dengan naiknya titik didih, namun berdampak negatif pada laju perpindahan panas dan koefisien perpindahan panas keseluruhan. Analisis perbandingan antara luas perpindahan panas teoritis dan aktual menunjukkan bahwa sistem tidak efisien, sehingga konsentrasi nira tidak mencapai target yang diinginkan.