Trichinellosis merupakan penyakit zoonotik yang disebarkan oleh konsumsi daging mentah atau kurang matang yang mengandung larva cacing Trichinella sp. Keberadaan Trichinella spiralis di Indonesia telah teridentifikasi sejak masa kolonial Belanda, tetapi informasi mengenai kejadian trichinellosis pada manusia dan hewan di negara ini masih sangat terbatas. Sejumlah penelitian terkini mengindikasikan terjadinya peningkatan kasus trichinellosis pada hewan, khususnya babi dan babi hutan. Hal ini tidak hanya berpotensi mengancam kesehatan manusia, tetapi juga satwa liar karnivora yang mengonsumsi daging tersebut, termasuk satwa yang berada dalam penangkaran ex situ. Penelitian ini dilakukan untuk mendeteksi keberadaan larva Trichinella sp. pada daging babi hutan hasil buruan di Provinsi Bengkulu yang dimanfaatkan sebagai sumber pakan satwa liar karnivora di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta. Sebanyak 44 sampel daging babi hutan asal Bengkulu serta serum dari empat Harimau Bengala, dua Jaguar, dan satu Singa Afrika asal Taman Margasatwa Ragunan diperiksa menggunakan teknik Indirect Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA) untuk mendeteksi keberadaan antibodi terhadap Trichinella sp. Dari seluruh sampel daging yang diuji, tujuh (15,9%) menunjukkan hasil positif, 35 (79,5%) negatif, dan dua (4,5%) dubius. Pengujian serum Harimau Bengala menunjukkan satu (25%) seropositif, sedangkan sisanya dubious. Adapun pengujian pada serum Jaguar dan Singa Afrika menunjukkan hasil seronegatif. Harimau Bengala yang diuji merupakan individu yang lahir di Taman Margasatwa Ragunan dan hanya mendapat pasokan pakan berupa babi hutan asal Bengkulu. Oleh sebab itu, terdapat indikasi kuat bahwa infeksi Trichinella sp. pada babi hutan di Bengkulu dapat berpotensi memengaruhi kesehatan satwa liar karnivora yang ditangkarkan di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta.