Hadisoewono, Amabel
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Civitas Akademika terhadap Penanganan Demam Wicaksono, Nauval Wahyu; Sumaedi, Tyarannisa Putri; Saiful Bahri, Nursyazana Najwa Binti; Ariz, Muhammad Hadyan; Hadisoewono, Amabel; Fauziah, Syifa; Dominic, Andreyan Symond; Jihan, Adila; Tanoto, Jeremy; Yunivita, Vycke
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 8, No 10 (2025): Volume 8 No 10 (2025)
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v8i10.22453

Abstract

ABSTRAK Demam merupakan gejala awal penting dari infeksi tropis di Indonesia. Indonesia sebagai negara tropis memiliki beban penyakit infeksi yang tinggi, terutama yang ditularkan melalui vektor maupun droplet, seperti demam tifoid, demam berdarah dengue (DBD), malaria, dan common cold (nasofaringitis). Keempat penyakit ini sering kali memiliki gejala awal yang serupa, yaitu demam, namun pemahaman masyarakat mengenai penanganannya masih terbatas.Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melihat hubungan tingkat pengetahuan dengan sifat civitas akademika terhadap penanganan demam dan pemberian edukasi kepada civitas akademika. Intervensi edukatif yang tepat sasaran, terutama menyasar kelompok potensial seperti civitas akademika yang memiliki kapasitas sebagai agen perubahan. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional kuantitatif untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan sikap penanganan demam pada 101 civitas akademika salah satu perguruan tinggi di Jawa Barat. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan dianalisis dengan uji Chi-Square Pearson. Hasil: Hasil menunjukkan 39,6% responden memiliki pengetahuan tinggi dan 63,4% menunjukkan sikap baik. Terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan dan sikap (p = 0,002), di mana separuh responden berpengetahuan tinggi bersikap baik, sementara 48,6% dari kelompok berpengetahuan rendah menunjukkan sikap kurang baik. Responden dengan pengetahuan tinggi lebih sering mengukur suhu secara berkala (40,6%), sedangkan kelompok berpengetahuan rendah cenderung memberi antipiretik berdasarkan perasaan subjektif (34,5%). Parasetamol menjadi antipiretik utama yang digunakan oleh responden (45,5%). Temuan ini menegaskan pentingnya edukasi berbasis bukti untuk meningkatkan literasi kesehatan dan praktik penanganan demam, khususnya di kalangan akademisi sebagai agen perubahan komunitas. Kata Kunci: Demam, Pengetahuan, Sikap, Civitas akademika, Jawa Barat     ABSTRACT Fever is an important initial symptom of tropical infections in Indonesia. Indonesia as a tropical country has a high burden of infectious diseases, especially those transmitted through vectors and droplets, such as typhoid fever, dengue fever (DBD), malaria, and common cold (nasopharyngitis). These four diseases often have similar initial symptoms, namely fever, yet public understanding of its management remains limited.  The purpose of this activity is to examine the relationship between knowledge levels and academic characteristics regarding fever management and the provision of education to academics. Targeted educational interventions, particularly targeting potential groups such as academics who have the capacity to act as agents of change, are essential. This study employed a quantitative cross-sectional design to analyze the relationship between knowledge and fever management attitudes among 101 members of the academic community at a university in West Java. Data was collected via questionnaire and analyzed using Pearson's Chi-Square test. Results showed that 39.6% of respondents have high knowledge and 63.4% demonstrated good attitudes. A significant relationship was found between knowledge and attitude (p = 0.002), with half of the high-knowledge respondents exhibiting good attitudes, while 48.6% of the low-knowledge group showed less favorable attitudes. Respondents with high knowledge more frequently measured temperature periodically (40.6%), whereas the low-knowledge group tended to administer antipyretics based on subjective feelings (34.5%). Paracetamol was the primary antipyretic used (45.5%). These findings confirm the importance of evidence-based education to improve health literacy and fever management practices, particularly among academics as community change agents. Keywords: Fever, knowledge, Attitude, Academic community, West Java