Keterbatasan lahan pertanian di wilayah pedesaan akibat alih fungsi lahan menjadi tantangan serius bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangan sekaligus meningkatkan pendapatan keluarga. Untuk menjawab persoalan tersebut, urban farming berbasis hidroponik hadir sebagai solusi alternatif. Sistem ini memungkinkan pemanfaatan pekarangan sempit secara lebih efisien, dengan hasil panen cepat dan memiliki nilai ekonomi. Program pengabdian masyarakat di Desa Sukagalih dirancang untuk memberdayakan warga melalui penerapan urban farming hidroponik di lahan terbatas. Rangkaian kegiatan dilakukan dalam beberapa tahap. Pertama, persiapan melalui observasi lapangan dan koordinasi dengan mitra lokal. Kedua, pelaksanaan pelatihan yang meliputi penyampaian teori hidroponik serta praktik sistem Deep Flow Technique (DFT). Ketiga, pendampingan intensif sekaligus pemantauan perkembangan keterampilan peserta. Terakhir, dilakukan evaluasi serta pendampingan pascapanen untuk memastikan keberlanjutan. Hasil pelaksanaan menunjukkan peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan kapasitas peserta dalam mengelola budidaya hidroponik secara mandiri. Lahan sempit dapat dimanfaatkan lebih optimal, menghasilkan sayuran berkualitas yang mendukung ketahanan pangan dan kesejahteraan ekonomi keluarga. Keberhasilan program ini ditopang oleh pendekatan partisipatif dan kolaboratif dengan pemangku kepentingan setempat.Secara keseluruhan, kegiatan membuktikan bahwa urban farming berbasis hidroponik efektif sebagai strategi pemberdayaan masyarakat desa, khususnya pada wilayah dengan keterbatasan lahan. Keberlanjutan program direkomendasikan melalui diversifikasi jenis tanaman serta integrasi dengan program pemerintah, misalnya Pekarangan Pangan Lestari (P2L).