Kota Depok menempati peringkat terakhir dari 52 kota dalam Most Livable City Index (MLCI) 2022 versi Ikatan Ahli Perencana (IAP). Meskipun telah terdapat penelitian terdahulu yang mengukur tingkat layak huni kota melalui pendekatan kuantitatif dan data primer, kajian pada tingkat meso dengan menggunakan data sekunder dan metode analisis yang berbeda di Kota Depok masih terbatas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur tingkat layak huni Kota Depok pada tingkat meso dengan batas administrasi kecamatan. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan metode min-max normalization dan memetakan tingkat layak huni setiap kecamatan. Enam dimensi kota layak huni meliputi dimensi pendidikan, kesehatan, sosial kependudukan, ekonomi, transportasi dan lingkungan. Hasil menunjukkan bahwa dimensi pendidikan memiliki skor rata-rata tertinggi, sedangkan dimensi transportasi memiliki skor terendah. Kecamatan Sukmajaya dan Kecamatan Pancoran Mas tergolong sangat layak huni, relatif terhadap kecamatan lain di Kota Depok meskipun tidak berdekatan dengan PPK. Sementara Kecamatan Limo, Cipayung, Bojongsari, dan Cinere tergolong sangat tidak layak huni dibandingkan kecamatan lainnya karena ketersediaan berbagai fasilitas seperti kesehatan, pendidikan dan transportasi masih belum merata pada kecamatan-kecamatan tersebut. Secara umum, Kota Depok tergolong cukup layak huni (skor rata-rata 0,4773) dengan pemetaan layak huni yang cenderung sejalan dengan pemetaan pada dimensi transportasi. Penelitian ini menekankan pentingnya optimalisasi setiap dimensi kota layak huni secara kontekstual di tingkat kecamatan sebagai strategi dalam mewujudkan Kota Depok sebagai kota layak huni. Pemerintah Kota Depok perlu memprioritaskan intervensi strategis pada kecamatan-kecamatan dengan tingkat layak huni yang rendah guna meningkatkan layak huni Kota Depok secara keseluruhan.