Syafira Salsa Ramadintha
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Randai Minangkabau: Potensi Budaya yang Perlu Diangkat di Desa Silungkang Oso Dimmy Nobel Alhamdi; Dimas Hidayatullah; Misyolayeti; Syafira Salsa Ramadintha; Yuke Permata Lisna
Jurnal Pariwisata dan Budaya Vol. 1 No. 1 (2025): Ranataya: Kajian Pariwisata & Budaya
Publisher : Program Studi Destinasi Pariwisata ISI Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/ranataya.v1i1.7142

Abstract

Randai merupakan bentuk seni pertunjukan khas Minangkabau yang menggabungkan elemen drama, tari, musik, serta pencak silat dalam satu pementasan yang sarat akan nilai-nilai budaya. Seni tradisional ini telah lama menjadi media untuk menyampaikan ajaran moral, adat, dan sejarah yang lekat dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Di Desa Silungkang Oso, Kecamatan Silungkang, Kota Sawahlunto, tradisi randai memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata budaya lokal. Namun, eksistensinya mulai tergerus akibat pengaruh budaya global, kurangnya minat generasi muda, dan terbatasnya ruang ekspresi seni di tingkat desa. Penelitian ini memakai pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode studi pustaka dan analisis SWOT. Studi pustaka dilakukan dengan mengkaji berbagai sumber ilmiah, artikel, serta data dari instansi pemerintah yang relevan dengan pelestarian budaya dan pengembangan pariwisata. Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, serta tantangan dalam upaya pelestarian dan promosi seni randai di Silungkang Oso. Temuan penelitian menunjukkan bahwa randai memiliki potensi sebagai representasi identitas budaya dan sarana edukatif, meskipun masih menghadapi kendala dalam hal regenerasi seniman dan fasilitas pertunjukan. Oleh karena itu, diperlukan sinergi antara pemerintah desa, komunitas seni, masyarakat, dan sektor pariwisata dalam menghidupkan kembali seni randai melalui pelatihan, program kebudayaan, dan promosi digital. Dengan strategi yang tepat, randai dapat kembali menjadi aset budaya yang berperan penting dalam ekowisata dan pembangunan berkelanjutan desa.