p-Index From 2020 - 2025
0.408
P-Index
This Author published in this journals
All Journal JIM Sendratasik
hafid, mukhsin
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

ANALISIS BUAI DALAM KONTEKS MALLAULU PERNIKAHAN PADA KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA SUAK BARU, KABUPATEN SIMEULUE ramadani, tria; hafid, mukhsin; samsuri, samsuri
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Sendratasik Vol 10, No 1 (2025): EDISI BULAN JUNI
Publisher : Program Studi Pendidkan Seni Drama, Tari dan Musik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/sendratasik.v10i1.35386

Abstract

Buai merupakan tradisi masyarakat Simeulue yang hanya diwariskan secara turun-temurun khususnya bagi kaum perempuan saja. Seiring berjalannya waktu dan rendahnya pemahaman dan minimnya minat perempuan terhadap tradisi buai merupakan fenomena yang ditemui di lapangan. Hal ini di khawatirkan tergerus oleh waktu dan bahkan hilang padahal tradisi ini sarat dengan pesan-pesan kehidupan yang menjadi pedoman hidup. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis teks dan konteksnya kususnya dalam acara mallaulu pernikahan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Lokasi penelitian berada di Desa Suak Baru, Kecamatan Simeulue Tengah, Kabupaten Simeulue. Informan dalam penelitian ini berjumlah 11 orang, terdiri atas 3 pelaku Buai, 2 Tuha Gampong, 2 pemilik hajatan, 1 kepala desa, 1 tokoh adat, 1 perwakilan muda-mudi, dan 1 perwakilan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara teks pelafalan buaian disajikan dengan model cengkok mendayu dayu mengikuti irama dan panjang pendek syair buai. Estetika khas ini muncul karena dibawakan oleh perempuan yang merasakan langsung melahirkan, dan membesarkan anak. Adapun dalam konteks pertunjukan buai dilaksanakan melalui tiga tahapan, yaitu tahap persiapan yang terdiri dari duduk pakat, pemanggilan pelaku buai, dan manuruy laulu. Selanjutnya pementasan, yaitu pada saat pertunjukan buai disajikan, terahir pasca-pementasan, yaitu evaluasi atau bersih-bersih yang dilakukan oleh pihak keluarga yang mengadakan hajatan. Penelitian ini merekomendasikan agar pemerintah, tokoh masyarakat, serta seluruh elemen masyarakat desa berperan aktif dalam Upaya pengembangan dan pelestarian tradisi buai, mengingat semakin berkurangnya generasi yang memahami dan menguasai tradisi tersebut. Langkah ini diperlukan agar keberlangsunan tradisi buai tetap terjaga di tengah perubahan zaman.
KAJIAN ESTETIKA TENUN SONGKET ACEH DI MUTIARA SONGKET KRUENG KALEE DARUSSALAM ACEH BESAR andini, amanda; ismawan, ismawan; hafid, mukhsin
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Sendratasik Vol 10, No 2 (2025): EDISI BULAN NOVEMBER
Publisher : Program Studi Pendidkan Seni Drama, Tari dan Musik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/sendratasik.v10i2.36160

Abstract

Aceh Songket weaving is a form of intangible cultural heritage that is rich in aesthetic value and cultural symbolism. However, in the era of textile industry modernization and lifestyle changes, the existence of traditional songket weaving is increasingly under pressure. This study aims to examine and understand the visual elements and design principles in Aceh Songket weaving produced by Mutiara Songket, Krueng Kalee, Darussalam, Aceh Besar, and how these elements shape aesthetic value within the framework of Edmund Burke's concept of The Beautiful and Edmund Burke Feldman's four-stage approach to art criticism. This study uses a descriptive qualitative approach with data collection techniques in the form of direct observation, in-depth interviews, and documentation. The subjects of this study are the craftsmen and owners of Mutiara Songket, while the object is the songket weaving produced. The results show that Aceh songket weaving from Mutiara Songket has harmonious colors, proportionate motifs, symmetrical balance, and consistent visual rhythm. Motifs such as pucok rebong, irih halwa, and bungong peut ulah meurante are not only visually appealing but also contain philosophical meanings that reflect Acehnese cultural values. Thus, Acehnese songket weaving is not only a textile craft product but also a representation of local art with high aesthetic value that is important to preserve.