Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Anestesi untuk Kraniotomi Evakuasi Perdarahan Intraserebral pada Pasien Cedera Otak Traumatik dengan Tetralogy of Fallot Santosa, Dhania A; Hamzah, Hamzah
Jurnal Neuroanestesi Indonesia Vol 9, No 3 (2020)
Publisher : https://snacc.org/wp-content/uploads/2019/fall/Intl-news3.html

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2713.679 KB) | DOI: 10.24244/jni.v9i3.272

Abstract

Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan salah satu penyakit bawaan yang paling sering terjadi, yaitu sekitar 8 dari 1000 kelahiran hidup. Sekitar 85% dari pasien dengan PJB diharapkan bertahan hidup sampai dengan usia dewasa di Amerika Serikat. Penanganan cedera otak traumatik dengan PJB memerlukan pemahaman patofisiologi PJB dengan teknik neuroanestesi yang baik. Seorang laki-laki usia 17 tahun mengalami kecelakaan lalu lintas dan didiagnosis dengan cedera otak traumatik sedang, perdarahan intraserebral (ICH) dan perdarahan epidural (EDH) serta edema serebri dengan komorbiditas PJB sianotik Tetralogy of Fallot, dilakukan pembedahan darurat kraniotomi evakuasi ICH. Pembedahan dilakukan dengan anestesi umum intubasi endotrakeal dan berjalan selama kurang lebih tiga jam. Tantangan selama anestesi dan pembedahan adalah mempertahankan hantaran oksigen optimal, menghindari peningkatan kebutuhan oksigen dan mencegah pelepasan katekolamin yang dapat memicu terjadinya hypercyanotic tet spell. Pascabedah pasien dirawat di Ruang Observasi Intensif dengan bantuan ventilator dan dilakukan ekstubasi pada sore hari pertama pascabedah. Pasien kemudian dirawat di Ruangan dan dipulangkan pada hari ke-14 pascabedahAnesthesia Management for Craniotomy for Intracerebral Hemorrhage Evacuation in Traumatic Brain Injury Patient with Tetralogy of FallotAbstractCongenital heart disease (CHD) is one of the leading congenital disease with the incidence of 8 patients of 1000 livebirth. Around 85% of patients with CHD is expected to reach adult age in United States of America. Management of traumatic brain injury in patients with CHD requires combination of fine understanding on pathophysiology of CHD and neuroanesthesia technique. A male patient, 17 years of age had a motor vehicle accident and was diagnosed with moderate traumatic brain injury, intracerebral hemorrhage, epidural hemorrhage and cerebral edema with Tetralogy of Fallot, underwent an emergency craniotomy for ICH evacuation. Surgery was done under general anesthesia and lasted for approximately 3 hours. Challenges during anesthesia and surgery include maintaining optimal oxygen delivery, avoiding increase in oxygen demand and preventing catecholamine release which may trigger hypercyanotic tet spell. Patient was observed and ventilator supported in Intensive Observation Ward and was extubated at the same post surgery day. Patient was then observed in the Ward and sent home on the 14th day after the incident.
Pengelolaan Diabetes Insipidus dengan Cerebral Salt Wasting Syndrome dan Tension Pneumocephalus pada Pasien Pascabedah Eksisi Tumor Pineal Santosa, Dhania A; Rehatta, Nancy Margaretta
Jurnal Neuroanestesi Indonesia Vol 10, No 3 (2021)
Publisher : https://snacc.org/wp-content/uploads/2019/fall/Intl-news3.html

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (512.056 KB) | DOI: 10.24244/jni.v10i3.337

Abstract

Ketidakseimbangan elektrolit pada pasien pasca bedah saraf sering terjadi dan berpotensi menyebabkan cedera otak sekunder yang dapat memperburuk luaran pasien, sekalipun pembedahan sukses dilaksanakan. Diabetes insipidus merupakan disfungsi hipofisis yang menyebabkan hipernatremia. Kondisis ini sering terjadi pada kelainan hipofisis, namun jarang sebagai akibat tumor pineal. Seorang pasien laki-laki usia 21 tahun dengan diabetes insipidus prabedah menjalani pembedahan kraniotomi dan eksisi tumor pineal. Pada periode pascabedah pasien mengalami episode diabetes insipidus yang dipersulit dengan Cerebral Salt Wasting Syndrome dan Tension Pneumocephalus. Pemantauan ketat akan status volume, kadar gula dan elektrolit darah serta dosis desmopressin yang optimal merupakan kunci keberhasilan penanganan pasien ini sehingga tidak mengalami cedera otak sekunder. Seorang intensivis memegang peranan penting dalam pengelolaan pasien seperti ini terutama terkait patofisiologi kelainan intrakranial dan implikasinya terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit.Management of Diabetes Insipidus Complicated by Cerebral Salt Wasting Syndrome and Postoperative Tension Pneumocephalus in a patient who underwent Pineal Tumor RemovalAbstractElectrolyte imbalance is an often incident in patients underwent neurosurgery and it potentially induces secondary brain injury, leading to a worse outcome, despite successful surgery. Diabetes insipidus is a frequent hypernatremic condition, commonly caused by abnormalities in the hypophysis; but rarely happens due to pineal tumor. A 21-year-old male with preoperative diabetes insipidus experienced episodes of diabetes insipidus complicated by cerebral salt wasting syndrome and tension pneumocephalus after a successful pineal tumor removal surgery. Closed observation on volume status, plasma glucose and electrolyte, along with optimal dose of desmopressin were keys of successful postoperative management in this patient in order to avoid the patient from secondary brain injury. An intensivist plays a key role, mainly in the understanding of intracranial pathophysiology and its implications to fluid and electrolyte balance.
Pertimbangan Anestesia untuk Pasien dengan Deep Brain Stimulator Tertanam yang Menjalani Prosedur Diagnostik dan Pembedahan Santosa, Dhania A; Rasman, Marsudi; Hamzah, Hamzah; Saleh, Siti Chasnak
Jurnal Neuroanestesi Indonesia Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : https://snacc.org/wp-content/uploads/2019/fall/Intl-news3.html

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (343.561 KB) | DOI: 10.24244/jni.vol8i1.205

Abstract

Deep brain stimulation (DBS) akhir-akhir ini sering digunakan untuk penyakit Parkinson dan kelainan pergerakan lainnya. DBS sendiri merupakan suatu stimulator yang ditanam pada nukleus dalam di otak dan disambungkan dengan pembangkit pulsasi yang ditanam di bawah klavikula. Sebagai konsekuensinya, ahli anestesiologi akan lebih sering menghadapi pasien dengan sistem DBS tertanam dalam tubuh mereka untuk menjalani prosedur diagnostik dan pembedahan. Anestesia pada pasien-pasien ini memerlukan perhatian khusus karena adanya potensi interferensi antara neurostimulator dan alat-alat lainnya yang dapat menbahayakan pasien. Oleh karenanya penting bagi ahli anestesi untuk memahami hal-hal khusus pada pasien dengan deep brain stimulator tertanam yang menjalani tindakan diagnostic maupun pembedahan. Panduan mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan oleh ahli anestesi pada pasien seperti ini masih sangat kurang dan masih sangat bergantung pada laporan kasus atau panduan yang berasal dari pabrik pembuatnya. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk memberikan gambaran singkat mengenai sistem DBS dan penanganan anestesi pada pasien dengan alat DBS tertanam.Anesthesia Considerations in Patients with Implanted Deep Brain Stimulator undergoing Diagnostic and Surgery ProceduresDeep brain stimulation (DBS) has become an increasingly common treatment for Parkinsons disease and other movement disorders. DBS consist of implanted stimulator at deep nuclei of the brain and, connected to a pulse generated which is implanted under clavicle. Consequently, anesthesiologists will increasingly encounter patients with implanted DBS system facing diagnostic and surgery procedures. Anesthesia management in such patients requires specific considerations due to the possible interference between neurostimulator and other devices which are potentially harmful to the patient. Therefore, it is important for anesthesiologists to understand specific issues in patients with implanted deep brain stimulator undergoing surgery and other diagnostic procedures. Guideline on these specific issues is very limited and highly relies on case report and manufacturers manual. The purpose of this review is to provide brief overview on DBS system and anesthesia considerations in patients with implanted DBS