Stroke iskemik merupakan masalah kesehatan global yang menyebabkan kecacatan dan kematian, dengan prevalensi yang meningkat secara signifikan di Indonesia, termasuk di Kalimantan Barat. Stroke iskemik terjadi akibat penyumbatan pembuluh darah ke otak, yang mengakibatkan kerusakan jaringan otak dan gangguan fungsi. Neuroprotektif, seperti piracetam dan citicoline, digunakan untuk mengurangi kerusakan sel saraf dan memperbaiki fungsi otak pasca-stroke. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas perbandingan obat piracetam dan citicoline pada pasien stroke iskemik di rawat inap pada periode Januari 2022 - Desember 2023. Penelitian ini menggunakan desain non-eksperimental observasional dengan pendekatan kohort, mengambil data secara retrospektif. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling dengan rumus slovin hasil sampel 80 pasien dari total populasi 99 pasien. Data dianalisis secara deskriptif analitik, dengan uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov dan uji non-parametrik Wilcoxon Signed Rank Test untuk data yang tidak terdistribusi normal. Hasil penelitian pada 80 sampel, pasien stroke iskemik didominasi oleh laki-laki (62%) dan kelompok usia 45-64 tahun (61%). Hasil penelitian menunjukkan golongan neuroprotektif yang paling banyak digunakan citicoline (97,50%) dibandingkan piracetam (2,50%). Hasil efektivitas berdasarkan lama hari rawat inap menggunakan rumus AvLOS yang paling singkat citicoline (3,76 hari) dibandingkan piracetam (7,5 hari) dan berrdasarkan nilai GCS terdapat perbedaan yang bermakna pada GCS awal dan GCS akhir dengan nilai signifikansi 0,00<0,05 artinya terdapat perbedaan nilai GCS sebelum dan setelah pemberian terapi piracetam atau citicoline. Kesimpulan bahwa citicoline adalah obat neuroprotektif yang paling banyak digunakan dan paling efektif dalam terapi pasien stroke iskemik berdasarkan lama hari rawat inap maupun peningkatan nilai GCS.