Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Penetapan Kadar Fenolik Ekstrak Batang Bajakah Tampala (Spatholobus littoralis Hassk.) Elena; Melati, Sae Ayu; Fitri, Maghfiroti
Pharmaceutical Journal Vol. 1 No. 1 (2025): February Editions
Publisher : Program Studi Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sambas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bajakah Tampala (Spatholobus littoralis Hassk.) diketahui mengandung senyawa bioaktif, termasuk fenolik, flavonoid, dan tannin, yang menunjukkan potensi tinggi sebagai agen antioksidan, antikanker, antimikroba, dan penyembuh luka. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa ekstrak tanaman ini efektif dalam menetralkan radikal bebas, menghambat proliferasi sel kanker payudara, serta mempercepat proses penyembuhan luka. Kandungan dan stabilitas senyawa fenolik dalam tanaman ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti fase pertumbuhan, kondisi lingkungan, metode budidaya, serta teknik pengolahan pasca panen. Hasil-hasil ini menunjukkan bahwa Bajakah Tampala memiliki potensi yang signifikan untuk dikembangkan sebagai bahan dasar dalam formulasi produk kesehatan dan terapi modern.
Farmakogenomik dan Variasi Antar Etnis: Implikasi Klinis dalam Terapi Individual Fitri, Maghfiroti; Ananda, Dea; Hasanah, Rahmatun Nurul; Mardianti, Ririn
Pharmaceutical Journal Vol. 1 No. 2 (2025): August Editions
Publisher : Program Studi Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sambas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pharmacogenomics is a field that explores how genetic variations influence individual responses to drug therapy. One of the major challenges in its clinical application is the genetic diversity across ethnic groups, which contributes to differences in drug metabolism, efficacy, and toxicity. Genetic polymorphisms in enzymes such as CYP2D6, CYP2C19, CYP2C9, and VKORC1 show varied distributions among ethnic populations, leading to significant variation in optimal dosing and adverse drug reactions. This narrative literature review aims to examine the relationship between ethnic-specific genetic variation and drug response, while also assessing the potential of personalized pharmacogenomic therapy in clinical practice. Findings suggest that pharmacogenetic approaches that account for ethnic background can improve therapeutic outcomes, reduce adverse effects, and support the implementation of precision medicine across diverse healthcare systems, including in developing countries.
Gambaran Perbandingan Obat Piracetam dan Citicoline pada Pasien Stroke Iskemik di Rawat Inap Juniarti, Juniarti; Aqsa, Kathina Deswi; Fitri, Maghfiroti
PubHealth Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 4 No. 2 (2025): Edisi Oktober
Publisher : Ilmu Bersama Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56211/pubhealth.v4i2.1237

Abstract

Stroke iskemik merupakan masalah kesehatan global yang menyebabkan kecacatan dan kematian, dengan prevalensi yang meningkat secara signifikan di Indonesia, termasuk di Kalimantan Barat. Stroke iskemik terjadi akibat penyumbatan pembuluh darah ke otak, yang mengakibatkan kerusakan jaringan otak dan gangguan fungsi. Neuroprotektif, seperti piracetam dan citicoline, digunakan untuk mengurangi kerusakan sel saraf dan memperbaiki fungsi otak pasca-stroke. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas perbandingan obat piracetam dan citicoline pada pasien stroke iskemik di rawat inap pada periode Januari 2022 - Desember 2023. Penelitian ini menggunakan desain non-eksperimental observasional dengan pendekatan kohort, mengambil data secara retrospektif. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling dengan rumus slovin hasil sampel 80 pasien dari total populasi 99 pasien. Data dianalisis secara deskriptif analitik, dengan uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov dan uji non-parametrik Wilcoxon Signed Rank Test untuk data yang tidak terdistribusi normal. Hasil penelitian pada 80 sampel, pasien stroke iskemik didominasi oleh laki-laki (62%) dan kelompok usia 45-64 tahun (61%). Hasil penelitian menunjukkan golongan neuroprotektif yang paling banyak digunakan citicoline (97,50%) dibandingkan piracetam (2,50%). Hasil efektivitas berdasarkan lama hari rawat inap menggunakan rumus AvLOS yang paling singkat citicoline (3,76 hari) dibandingkan piracetam (7,5 hari) dan berrdasarkan nilai GCS terdapat perbedaan yang bermakna pada GCS awal dan GCS akhir dengan nilai signifikansi 0,00<0,05 artinya terdapat perbedaan nilai GCS sebelum dan setelah pemberian terapi piracetam atau citicoline. Kesimpulan bahwa citicoline adalah obat neuroprotektif yang paling banyak digunakan dan paling efektif dalam terapi pasien stroke iskemik berdasarkan lama hari rawat inap maupun peningkatan nilai GCS.