Aksi Puasa Pembangunan is a program held regularly by all dioceses beneath Indonesian Church Conference (Ind.: Konfer-ensi Waligereja Indonesia). The spirit of this program in early years actually was only to help those who are economically poor. Many years later, APP program were developed in every diocese according to its context and function. Through entrust-ing APP in family stage, the Archdiocese of Semarang (Indo-nesia: Keuskupan Agung Semarang or KAS) tries to involve and build social structure. It shows hope that APP would edu-cate all members of family, to internalize charity value and diligently set some funds to give alms. From the perspective of moral theology’s history, APP’s ap-proaches have some similarity with manualist’s approaches. APP is an obligant program for all the dioceses in Indonesia. The new policy of APP which due in KAS since 2023, even highlightened the obligance side of this program, simply ‘forc-ing’ people to donate everyday for alms. The main question in this paper is: how this practice of APP, with all of its manualist strong nuance, develop moral of the faithful in KAS? Gerard Gilleman criticize the manualist’s practice which only discussed moral education from the out-side, rather than interior side of human heart. Moral act should explore the higher value which lead human morality to mature stage. Internal charity must set at the heart of moral life.AbstrakAksi Puasa Pembangunan adalah sebuah program yang menjadi gerak bersama umat di seluruh keuskupan yang bernaung di bawah Konferensi Waligereja Indonesia. Semangat awal yang hendak dibangun adalah membantu mereka yang berkekurangan. Kendati demikian, perlahan APP dikembangkan di berbagai keuskupan sesuai fungsi dan konteksnya masing-masing. Dengan mempercayakan APP pada masing-masing keluarga, Keuskupan Agung Semarang mengharapkan terciptanya budaya dan kontrol sosial yang mendidik anggota keluarga tekun menyisihkan nafkah setiap hari untuk bersedekah. Dalam kacamata sejarah teologi moral, pendekatan APP mirip dengan pendekatan yang dilakukan oleh kelompok manualis. APP merupakan program Konferensi Waligereja Indonesia yang diterapkan kepada seluruh umat Katolik Indonesia. Kebijakan terbaru mengenai APP yang diberlakukan di Keuskupan Agung Semarang sejak 2023, tentu semakin menekankan unsur kewajiban yang memaksa. Maka, pertanyaan pokok di dalam paper ini adalah: karena nuansa manualis yang sangat kuat, sejauh mana praktek APP membantu perkembangan moral umat Keuskupan Agung Semarang? Gerard Gilleman, seorang teolog moral kenamaan abad XX memberi kritik keras pada teologi moral yang hanya berfokus pada 'paksaan' eksternal. Bagi Gilleman, perilaku moral tidak boleh terjebak pada sekedar kewajiban dan kriteria minimal, melainkan harus mengeksplorasi nilai luhur yang hendak diinternalisasikan untuk mendewasakan nurani. Cinta kasih internal harus menjadi pusat kehidupan moral.