Penelitian ini mengkaji praktik komunikasi profetik yang diterapkan oleh guru terhadap santri melalui pembelajaran tafsir Al-Qur’an dan Al-Hadits di Pondok Pesantren Al-Fatah Palembang. Komunikasi profetik merupakan pendekatan komunikasi yang tinggi dengan nilai-nilai kenabian, seperti humanisasi (memanusiakan manusia), liberasi (pembebasan dari ketertindasan), dan transendensi (hubungan spiritual dengan Tuhan). Dalam konteks pendidikan pesantren, pendekatan ini sangat penting untuk menanamkan nilai-nilai keislaman secara menyeluruh, tidak hanya dalam aspek kognitif tetapi juga spiritual dan moral. Namun, kenyataannya, proses pendidikan dipesantren masih kurang menyentuh pembentukan karakter yang mendalam. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan observasi partisipatif terhadap guru dan santri dengan fokus pada teori retorika Aristoteles. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana komunikasi profetik dijalankan dalam konteks pengajaran tafsir serta mengidentifikasi dukungan dan hambatan yang dihadapi dalam penerapannya.