Non-Timber Forest Products are all biological products harvested from forest, which had lesser impacts to the forest ecosystem but had huge impacts to the closed forest communities in economic and social views than those are of logging timber. This research was designed to identify local and botanical names of non-timber forest products used by the local community, the parts of usage, purposes of utilization, and processed of final products available in the market, and recommendation for green economy commodities in Papua Province. Data were collected from seven Forest Management Unit and four Branch Forest Offices or eleven in total across Papua province. Focus discussion group and field survey at eleven targeted areas were conducted. The results inidicated that 170 non-timber forest products and 225 derivative of final products were identified. Jayapura branch forest office had the higest number, 30 and 52 for non-timber and the final products respectively, followed by Jayapura forest management unit of 23 non-timber and 38 final products. Economic reason (32%) is the highest percentage for the purposes of Non-timber utilization, followed by traditional medicine (13%), handricraft (12%0, sources of protein and fat (10%), and the lowest percentage is for addictive purposes (2%). Non-timber commodities are harvested from the whole plants including bark, fruits, leaves, fibres, coconut shell, tuber, rhizome, and animal of flash, skin, fear, bone,and honey. Downstreaming Sago, Coconut, pandanus leaves, and Masohi bark, as well as culture based handycraft are potentially recommended to be non-timber forest products based green enonomy commodities in Papua Province.Keywords: Downstreaming, Green economy, Non-timber forest products, Papua ProvinceAbstrakHasil Hutan bukan kayu ialah seluruh produk biologi, turunannya dan jasa dari hutan. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu memberikan dampak minimal terhadap ekosistem hutan dibandingkan hasil hutan kayu. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi jenis-jenis hasil hutan bukan kayu, nama lokal dan latin, bagian yang dimanfaatkan, tujuan pemanfaatan, dan hilirisasinya, serta merekomendasikan produk hilirisasi sebagai komoditas ekonomi hijau di Provinsi Papua. Penelitian dilakukan pada sebelah Unit Pelaksana Teknis Daerah Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Papua. Data dikumpulkan melalui survey, focus grup disussion dan wawancara di sebelah UPTD. Pengolahan data menggunakan microsoft excell dan disajikan dalam tabel dan grafik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis HHBK pada sebelas UPTD Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Papua berjumlah 170 jenis dan 225 produk hilirirasi. UPTD dengan jenis dan produk hilirisasi tertinggi adalah CDKLH Jayapura, 30 jenis dan 51 produk hilirisasi, disusul oleh KPHP Kota Jayapura dengan 23 jenis dan 38 produk hilisasi. Pemanfatan ekonomi (32%) adalah tujuan pemanfaatan HHBK dominan di Provinsi Papua, diikuti obat tradisional (13%), bahan kerajinan (12%), sumber protein/lemak nabati/hewani (10%), dan terkecil untuk bahan adiktif/makan pinang (2%). Komoditas HHBK berasal hampir dari semua bagian tumbuhan (daun, buah, biji, serat, kulit kayu, umbi, rimpang, dan tempurung) dan hewan (daging, kulit, tulang, bulu, dan madu). Hilirisasi sagu, kelapa, daun pandan, dan kulit masohi, serta kerajinan bermotif budaya lokal (noken dan lukisan kulit kayu) diantaranya berpotensi dijadikan komoditas ekonomi hijau berbasis HHBK karena penggunaan teknologi dan peralatan sederhana, rendah emisi, berkontribusi kepada masyarakat lokal, dan tidak merusak ekosistem atau lingkungan di provinsi Papua.Kata kunci: Ekonomi Hijau; Hasil Hutan Bukan kayu; masyarakat lokal, dan ramah lingkungan