Dupa merupakan salah satu sarana penting dalam kegiatan ibadah umat Hindu yang digunakan setiap pagi, siang, dan sore hari. Oleh karena itu, tingkat permintaan terhadap dupa, khususnya di kalangan masyarakat Bali, tergolong sangat tinggi. Seorang wirausahawan perlu memiliki gagasan-gagasan baru yang lahir dari kreativitas, karena melalui kreativitas inilah seorang pelaku usaha dapat berinovasi dan mengembangkan usahanya, salah satunya adalah pengusaha dupa dimana sangat memiliki potensi dalam pengembangan pengelolaan usahanya, pengelolaan mulai modal yang baik akan memberikan dampak positif bagi pengembangan sebuah usaha sekaligus dapat meningkatkan kapasitas usaha tersebut sehingga tercapainya ukuran dalam peningkatan omzet penjualan. Beberapa kegiatan terkait dengan pengelolaan Kelompok Usaha Tridatu Dupa yaitu 1) Produksi dupa yang dilakukan belum maksimal, sehingga perlunya penyuluhan terkait cara memproduksi dupa hingga proses pengemasan. 2) Pelaku usaha belum memiliki sistem pembukuan atau pencatatan harian yang memadai terkait dengan aktivitas produksi, pendapatan, biaya, serta laba rugi, sehingga belum dapat mengetahui secara pasti kondisi dan posisi keuangan usahanya. 3) Belum memahami tata kelola usaha yang baik, khususnya dalam aspek pengembangan bisnis, penetapan harga, dan perhitungan biaya produksi. 4) Belum memiliki model atau strategi pemasaran yang efektif untuk mempromosikan produk yang dihasilkan. Kontribusi mendasar dari pengabdian ini adalah untuk meningkatkan pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi sesuai SDG’s 08. Pendampingan tata kelola dan pencatatan akuntansi yang telah dilakukan mampu meningkatkan pendapatan kelompok usaha.