Di tengah volatilitas pascapandemi pada sektor properti Indonesia, studi ini menelaah apakah fundamental perusahaan menjelaskan kinerja saham properti. Data panel tidak seimbang mencakup 30 emiten real-estate dan properti periode 2020–2024 (N=150 firm-years). Variabel dependen adalah return total saham tahunan, yakni persentase kenaikan yang menggabungkan perubahan harga tahun ke tahun dan dividen tunai. Berlandaskan signalling theory, kami mengestimasi regresi panel dengan efek tetap perusahaan dan tahun serta galat robust terklaster (per emiten). Uji diagnostik mencakup multikolinearitas (VIF), heteroskedastisitas, autokorelasi, ketergantungan penampang, serta uji Hausman untuk memilih FE atau RE. Hasil menunjukkan Price-to-Book Value (PBV) dan Return on Equity (ROE) berpengaruh positif signifikan terhadap return (rujukan pooled-OLS: ???? PBV 7.412, ???? 8.893, ???? < 0.001, p<0.001; ???? ROE 8.068, ???? 4.402, ???? < 0.001), sedangkan Debt-to-Equity Ratio (DER) tidak signifikan (p=0,954). Uji simultan menegaskan signifikansi model; untuk menanggapi ketidakselarasan awal antara ???? 2 R 2 dan ???? F pada pooled-OLS, kami melakukan re-estimasi efek tetap dengan galat robust dan memperoleh tanda serta signifikansi yang tetap konsisten. Studi ini memperkaya literatur melalui penerapan desain efek tetap pascapandemi yang spesifik pada sektor properti Indonesia dan pelaporan diagnostik komprehensif guna menekan risiko “fit” semu. Secara praktis, investor sebaiknya menekankan valuasi pasar dan profitabilitas dibanding leverage saat menyaring saham properti.