Kemampuan berpikir kritis merupakan keterampilan penting yang harus dimiliki peserta didik untuk menghadapi tantangan abad ke-21. Tantangan pendidikan abad ke-21 menuntut siswa memiliki kemampuan berpikir kritis yang tidak hanya berfokus pada penerimaan informasi, tetapi juga pada kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan menarik kesimpulan logis dalam setiap pembelajaran. Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran sejarah di SMAN 1 Martapura masih dominan berpusat pada guru sehingga siswa kurang terlatih mengembangkan keterampilan berpikir kritis secara optimal, tercermin dari rendahnya partisipasi dalam diskusi maupun penyelesaian soal terbuka. Berdasarkan kondisi tersebut, penelitian ini berfokus pada pengaruh penggunaan pertanyaan pemantik sebagai strategi pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain quasi experiment posttest-only control group, melibatkan dua kelas sebagai sampel, yakni kelas eksperimen dengan perlakuan pertanyaan pemantik dan kelas kontrol tanpa perlakuan. Hasil analisis uji-t menunjukkan adanya perbedaan signifikan rata-rata nilai posttest antara kelas eksperimen (85,00) dan kontrol (74,17), dengan signifikansi 0,000 < 0,05. Temuan ini menegaskan bahwa pertanyaan pemantik efektif dalam mendorong siswa berpikir lebih logis, analitis, dan reflektif. Sebagaimana ditegaskan oleh Zubaidah (2016), pertanyaan pemantik berfungsi bukan hanya membangkitkan rasa ingin tahu, melainkan juga merangsang keterlibatan siswa untuk mengeksplorasi konsep secara mendalam, mempertanyakan asumsi, serta mengaitkan materi pembelajaran dengan konteks yang lebih luas. Dengan demikian, penggunaan pertanyaan pemantik dapat dipandang sebagai strategi pembelajaran yang berpengaruh signifikan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, khususnya dalam pembelajaran sejarah.