Kesesuaian wilayah merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan pengembangan komoditas perkebunan. Karakteristik fisik dan lingkungan suatu wilayah memengaruhi tingkat kecocokan dan produktivitas tanaman. Selama ini, pemetaan kesesuaian wilayah banyak mengandalkan data spasial seperti citra satelit, peta topografi, atau jenis tanah. Namun, pendekatan tersebut memiliki keterbatasan, terutama di Kabupaten Bogor yang pemetaannya masih berfokus pada satu komoditas dan belum mengintegrasikan indikator ketinggian, luas wilayah, serta jumlah produksi berbagai tanaman secara bersamaan. Kondisi ini menyebabkan informasi yang dihasilkan belum memberikan gambaran potensi wilayah secara komprehensif. Minimnya sistem pemetaan berbasis web yang interaktif juga menjadi kendala bagi pemangku kepentingan seperti pemerintah daerah, penyuluh, peneliti, dan pelaku usaha dalam mengakses informasi secara cepat dan akurat. Untuk menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini mengusulkan pendekatan alternatif berbasis data numerik yang mudah diperoleh, meliputi ketinggian wilayah, luas wilayah, dan jumlah produksi. Ketiga indikator ini dinilai cukup representatif dalam mengukur karakteristik wilayah tanpa memerlukan data spasial yang kompleks. Proses pengelompokan wilayah dilakukan menggunakan algoritma K-Means Clustering, yang terbukti efektif mengelola data numerik berdasarkan kemiripan nilai, memiliki kompleksitas komputasi rendah, serta mudah diinterpretasikan. Kabupaten Bogor dipilih sebagai studi kasus karena memiliki 40 kecamatan dengan variasi ketinggian dari dataran rendah hingga pegunungan, luas wilayah yang bervariasi, serta data produksi perkebunan yang akurat. Penelitian ini juga mengembangkan sistem pemetaan berbasis web untuk menampilkan hasil pengelompokan wilayah secara interaktif. Sistem ini diharapkan dapat mempermudah pengambilan keputusan strategis dalam pengembangan perkebunan secara efektif, tepat sasaran, dan berbasis data empiris. Dengan metode yang praktis, ekonomis, dan mudah diaplikasikan, hasil penelitian ini diharapkan mampu mengoptimalkan potensi wilayah berbagai komoditas perkebunan secara efisien dan berkelanjutan.