Pendidikan karakter merupakan fondasi utama dalam membentuk kepribadian anak yang berakhlak mulia, empatik, dan tangguh menghadapi tantangan zaman. Namun, dalam praktiknya, proses pendidikan karakter sering kali terhambat oleh kurangnya sinergi antara orang tua dan guru. Observasi awal di Sekolah Alam MI Ali Thaibah Cibitung, Bekasi, menunjukkan adanya ketimpangan pola pengasuhan di rumah dan pendekatan pembelajaran di sekolah yang berpotensi menghambat perkembangan karakter anak secara holistik. Untuk menjawab tantangan tersebut, program pengabdian kepada masyarakat ini mengusung pendekatan Bahasa Cinta (Love Languages) sebagai strategi membangun komunikasi emosional yang efektif antara orang tua, guru, dan anak. Pendekatan ini menekankan lima bentuk ekspresi cinta: kata-kata afirmasi, waktu berkualitas, sentuhan fisik, tindakan melayani, dan pemberian hadiah. Kegiatan dilakukan melalui observasi lapangan, seminar edukatif, workshop interaktif, dan evaluasi reflektif yang melibatkan 30 guru dan 60 orang tua peserta. Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan pemahaman partisipan terhadap pentingnya mengenali bahasa cinta anak dan terbentuknya komunikasi yang lebih harmonis dalam proses pendidikan. Penerapan strategi ini terbukti mendorong anak-anak untuk lebih terbuka secara emosional, menunjukkan perilaku positif, serta meningkatkan partisipasi dalam kegiatan belajar. Program ini diharapkan menjadi model kolaboratif pendidikan karakter yang dapat direplikasi di sekolah dasar berbasis nilai lainnya. Kata kunci: pendidikan karakter; sinergi orang tua dan guru; bahasa cinta; pendidikan Islam; komunikasi emosional