SALSABILA, AISYAH RAYA
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

BERPIKIR INDUKTIF SEBAGAI DASAR KOMPETENSI SIKAP KRITIS BAGI PESERTA DIDIK GENERASI MILLENIAL ABAD 21 SALSABILA, AISYAH RAYA; RAMADHANI, CHINTYA; FAIZIN, MOH.
CENDEKIA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Vol. 5 No. 1 (2025)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/cendekia.v5i1.4465

Abstract

The inductive thinking model, developed based on Hilda Taba's study of learning, teaches students to draw conclusions from data through observation, testing and generalization. It encourages the development of critical, logical, systematic and creative thinking skills, which are essential in modern learning. The inductive thinking process involves three main stages: learning thinking skills through practice, active interaction between individuals and data, and mastery of skills based on logical sequences. In learning, the case study method is often applied to actively engage students in real-life situations, helping them to collect data, identify patterns and create evidence-based solutions. Teachers act as facilitators, helping students organize information, build concepts, and provide direction to support active learning. Inductive thinking can be applied in a number of subjects, such as science, math and history, to support students in improving their analytical skills and logical inference. However, challenges such as difficulty finding patterns, lack of motivation and limited abstract thinking can hold students back. Solutions involve teacher support through concrete explanations, group discussions and positive feedback, as well as collaboration between students to expand understanding. Inductive thinking shapes important cognitive skills such as analysis, evaluation and decision-making. These skills not only support academic success but also equip students to tackle the challenges of higher education, careers and everyday life. With the right approach, inductive thinking enhances students' independence, confidence and ability to understand concepts holistically. ABSTRAKModel berpikir induktif, yang dikembangkan berdasarkan kajian belajar Hilda Taba, mengajarkan siswa untuk menarik kesimpulan dari data melalui pengamatan, pengujian, dan generalisasi. Model ini mendorong pengembangan keterampilan berpikir kritis, logis, sistematis, serta kreatif, yang penting dalam pembelajaran modern. Proses berpikir induktif melibatkan tiga tahapan utama: pembelajaran keterampilan berpikir melalui latihan, interaksi aktif antara individu dan data, serta penguasaan keterampilan berdasarkan urutan logis. Dalam pembelajaran, metode studi kasus sering diterapkan agar siswa secara aktif terlibat pada situasi nyata, membantu mereka mengumpulkan data, mengidentifikasi pola, dan membuat solusi berdasarkan bukti. Guru bertindak selaku fasilitator, memfasilitasi siswa mengorganisasi informasi, membangun konsep, serta memberikan arahan untuk mendukung proses belajar aktif. Berpikir induktif bisa diaplikasikan di sejumlah mata pelajaran, seperti sains, matematika, dan sejarah, dalam mendukung siswa meningkatkan kemampuan analitis dan inferensi logika. Namun, tantangan seperti kesulitan menemukan pola, kurangnya motivasi, dan keterbatasan berpikir abstrak dapat menghambat siswa. Solusi melibatkan dukungan guru melalui penjelasan yang konkret, diskusi kelompok, dan umpan balik yang positif, serta kolaborasi antar siswa untuk memperluas pemahaman. Berpikir induktif membentuk keterampilan kognitif penting seperti analisis, evaluasi, dan pengambilan keputusan. Keterampilan ini tidak hanya mendukung keberhasilan akademik tetapi juga membekali para siswa dalam mengatasi tantangan pendidikan tinggi, karier serta kehidupan sehari-hari. Dengan pendekatan yang tepat, berpikir induktif meningkatkan kemandirian, rasa percaya diri, dan kemampuan siswa untuk memahami konsep secara holistik.