‘Atiqoh, Layina Bayin
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

LARANGAN MELEMBUTKAN SUARA BAGI MUSLIMAH Fadhila Ardianing, Sukma Ayu; Afifah, Afifah; ‘Atiqoh, Layina Bayin; Abdulloh, Irbahuddin
SINDA: Comprehensive Journal of Islamic Social Studies Vol 3 No 2 (2023): volume ,3 Nomor 2 Agustus 2023
Publisher : Universitas Nahdlatul Ulama Blitar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28926/sinda.v3i2.902

Abstract

Artikel ini berisikan kajian tafsir terhadap larangan melembutkan suara bagi dalam QS. Al-Aḥzab ayat 32, khususnya dalam Tafsir Jalalain. Selain itu terdapat juga pemaparan secara ringkas mengenai biografi pengarang dan profil kitab Tafsir Jalalain. Metode penelitian yang digunakan adalah library research (kajian kepustakaan). Sumber data dari artikel ini berasal dari Kitab Tafsir Jalalain itu sendiri disertai dengan kitab-kitab tafsir lain, dan buku atau sumber yang masih terkait dengan pokok pembahasan. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa penulisan kitab Tafsir Jalalain ini dilakukan oleh dua orang, yakni Al-Mahalli yang menuliskan tafsirnya dari awal surah al-Kahfi sampai akhir al-Qur’an dan surah al-Fatihah. Setelah Al-Mahalli wafat, penulisan kitab ini diselesaikan oleh Asy-Syuyuthi yang merupakan murid dari Al-Mahalli. Keunggulan dari kitab tafsir ini terletak pada bahasanya yang ringan, uraiannya yang singkat dan jelas, serta pandangan di dalamnya sesuai dengan ajaran yang dianut oleh orang-orang Melayu, yakni fiqih madzhab Syafi’i dan teologinya Asy-‘ariyyah. Tafsir Jalalain menafsirkan QS. Al-Aḥzab ayat 32 bahwasannya muslimah dilarang untuk tunduk dalam berbicara kepada laki-laki agar terhindar dari perbuatan tercela. Dalam artikel ini, pokok pembahasannya lebih fokus kepada Tafsir Jalalain. Hal inilah yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya.
PSEUDO DEMOKRASI DALAM PERSPEKTIF KEADILAN BERMARTABAT Rosita Risma Yanti, Rosita Risma Yanti; Afifah, Afifah; ‘Atiqoh, Layina Bayin; Abdulloh, Irbahuddin
SINDA: Comprehensive Journal of Islamic Social Studies Vol 1 No 2 (2021): Volume 1, Number 2, Agustus 2021
Publisher : Universitas Nahdlatul Ulama Blitar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28926/sinda.v1i2.968

Abstract

Democracy in Indonesia is experiencing distortion because of the many things that are paradoxical to democracy, namely the Corruption Perception Index which is getting lower and is below the average of countries in the world. SOEs that are managed haphazardly and are only used as a place for compensation for political support so that they bear the burden of mega-debt and instead suck up state finances. And the regulations for the implementation of democracy are made only for the momentary interests of the ruling party and are unable to provide good democratic education to the people. In the perspective of dignified justice, democracy should be carried out with good intentions so that it can make Indonesian society a prosperous society. With the principle of ngewongne wong (humanizing humans) we should act as best we can for the benefit of others, especially for the primary interests of all our beloved Indonesian people. Dignified justice originating from divine values ​​as the upper stream and noble values ​​of society (volkgeist) idealizes an essential democracy that is properly implemented for the benefit of the people so that it can prosper all Indonesian citizens in particular and can make a significant contribution to human civilization.