Salah satu pemanfaatan teknologi drone adalah dalam mitigasi bencana longsor. Foto udara yang dihasilkan oleh drone tidak hanya berupa ortofoto, tetapi juga mencakup data Digital Elevation Model (DEM). DEM sendiri merupakan representasi digital dari ketinggian permukaan suatu area dalam bentuk tiga dimensi. Untuk menghasilkan informasi tentang tingkat kemiringan lereng, diperlukan data elevasi yang berasal dari DEM atau Digital Terrain Model (DTM). Kualitas DEM ditentukan oleh presisi, reliabilitas, dan akurasi data yang dihasilkan. Presisi dapat dicapai melalui metode fotogrametri, di mana kualitas data sangat bergantung pada sumber data seperti foto drone. DEM yang detail dan akurat akan meningkatkan kemampuan dalam pemodelan yang presisi. Perbedaan utama antara DEM presisi dan DEM non-presisi terletak pada tingkat detailnya. DEM presisi mampu merepresentasikan bentuk permukaan yang menyerupai kondisi nyata dengan nilai elevasi yang konsisten. Sebaliknya, DEM non-presisi, menurut South Australian Government Data Directory, tidak memiliki standar akurasi yang jelas dan sering kali dihasilkan dari proses aerotriangulasi dengan kualitas data rendah, sehingga resolusi dan presisinya rendah. Dalam penelitian ini, data DEM yang dihasilkan dari foto drone menggunakan UAV diolah menjadi DEM presisi untuk membuat peta kemiringan lereng yang sesuai dengan kondisi sebenarnya. Pengolahan DEM dilakukan secara otomatis menggunakan algoritma penyaringan dari DSM (Digital Surface Model) ke DTM (Digital Terrain Model), serta secara manual melalui proses pengeditan DEM. Analisis kemiringan lereng dilakukan pada permukaan DEM untuk menentukan kelas-kelas kemiringan. Berdasarkan hasil penelitian, peta kemiringan lereng yang dihasilkan dari DEM presisi menggunakan foto drone telah memenuhi standar ketelitian geometri peta dasar BIG No.15 Tahun 2014. Peta ini sesuai untuk skala 1:2500 pada kelas 2, dengan perbedaan elevasi antara peta dan kondisi lapangan kurang dari 1 meter. Peta kemiringan lereng tersebut dapat digunakan sebagai parameter dalam analisis risiko longsor untuk mendukung upaya mitigasi bencana.