Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

LOGAM TANAH JARANG, KEDAULATAN DAN KEAMANAN NASIONAL Ismawati, Lilik; Suparno, Fanteri Aji Dharma
Prosiding Temu Profesi Tahunan PERHAPI 2020: PROSIDING TEMU PROFESI TAHUNAN PERHAPI
Publisher : PERHAPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36986/ptptp.v0i0.211

Abstract

Logam Tanah Jarang (LTJ) atau Rare Earth Element (REE) merupakan suatu komoditi yang strategis untuk beberapa dekade terakhir ini. Logam tanah jarang terdiri dari 17 unsur pada tabel periodik, meliputi 15 unsur yang dimulai dengan nomor atom 57 (lantanum) dan meluas sampai dengan nomor 71 (lutetium), serta dua unsur lain yang memiliki sifat serupa (yttrium dan skandium). Logam tanah jarang tersebar luas dalam kerak bumi dengan konsentrasi rendah. Keberadaan logam tanah jarang banyak tersebar diberbagai Negara, dengan sebaran terbanyak di Cina. Logam tanah jarang diindonesia cukup berpotensi namun masih dalam kategori belum layak di produksi besar-besaran. logam tanah jarang Indonesia banyak ditemukan pada tailing timah dan diproduksi sebagai produk sampingan komoditas induk.Produksi logam tanah jarang Indonesia harus terus dikembangkan untuk mengurangi ketergantungan impor pada Negara asing. Ketergantungan impor pasokan bahan strategis dan perting bagi pertahanan nasional memiliki resiko tersendiri terhadap keamanan nasional. Salah satu solusi yang memiliki resiko rendah ialah memproduksi sendiri didalam negeri. Produksi mandiri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri akan mengurangi atau bahkan menghilangkan ketergantungan nasional terhadap negara asing. Dalam hal produksi atau pemanfaatan secara maksimal logam tanah jarang dalam negeri diperlukan suatu tindakan yang ketat agar pemanfaatan cadangan logam tanah jarang dalam negeri benar-benar dimanfaatkan untuk kemakmuran dan keselamatan rakyat serta tetap menjaga kedaulatan dan keamanan nasional. Salah satu tindakan tegas tersebut dapat berupa suatu kebijakan atau regulasi. Berikut kebijakan atau regulasi yang telah diterapkan oleh beberapa Negara maju dalam optimasilasai pemanfaatan logam tanah jarang :1). Pemerintah melakukan pengembangan strategi keamanan nasional, memastikan sumber bahan andal yang penting untuk keamanan nasional dan mengurangi keberadaan resiko suku cadang palsu dalam rantai pasokan.2). Pengembangan daur ulang logam tanah jarang 3). Pemerintah mengadakan program penelitian lebih lanjut terkait elemen kritis energy (logam tanah jarang)
Pembuatan Plastik Biodegradable dari Tongkol Jagung: Studi Kasus Desa Dawuhan Mangli, Kecamatan Sukowono, Jember, Indonesia Sartika Dwi Purwandari; Ari Susanti; Fanteri Aji Dharma Suparno; Rendra Suprobo Aji
Warta Pengabdian Vol 13 No 4 (2019): Warta Pengabdian
Publisher : LP2M Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/wrtp.v13i4.13849

Abstract

Plastik pada umumnya dibuat dari bahan polimer sinetik yang berasal dari minyak bumi. Plastik sintetik mempunyai karakteristik yang sukar terurai sehingga sangat berpotensi untuk mencemari lingkungan. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi pencemaran lingkungan yaitu dengan mengalihkan penggunaan plastik biasa menjadi plastik biodegradable. Dawuhan Mangli merupakan salah satu desa di Jember yang mempunyai hasil pertanian utama yaitu jagung. Komoditi jagung hasil panen biasanya diambil bijinya saja sehingga menghasilkan sisa yang berupa tongkol jagung. Tongkol jagung mengandung serat selulosa sehingga bisa dijadikan polimer alami sebagai bahan baku pembuatan plastik biodegradable. Pada pengabdian ini dilakukan pembuatan plastik biodegradable dari limbah tongkol jagung dengan dua tahap yakni pre-treatment dan main-process. Pre-treatment dilakukan dengan melakukan tindakan secara fisika pada tongkol jagung sehingga menjadi serbuk tongkol jagung berukuran 80 mesh. Sedangkan dalam tahap main-proces, serbuk tongkol jagung diproses dengan melakukan pencampuran dengan bahan biopolimer lain, pengadukan hingga suhu tertentu. Kemudian hasilnyan dituang dalam cetakan dan dikeringkan dalam oven. Hasil yang didapat adalah berupa bijih plastik/lembaran plastik.
PEMBELAJARAN KOLABORATIF SEBAGAI PLATFORM PENDUKUNG UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTERISTIK BERPIKIR KRITIS, EMPATI, DAN PRAKTIK TERBAIK DALAM PENDIDIKAN Dian Istanto; Fanteri Aji Dharma Suparno
Prosiding Temu Profesi Tahunan PERHAPI 2020: PROSIDING TEMU PROFESI TAHUNAN PERHAPI
Publisher : PERHAPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36986/ptptp.v0i0.193

Abstract

Pandemi covid-19 telah berdampak pada sektor pendidikan. Keterbatasan akses kerja praktek lapangan, kegiatan laboratorium, maupun magang berpotensi menyebabkan penurunan kualitas dan kapabilitas lulusan perguruan tinggi, sementara itu tantangan dunia prakerja akan semakin kompetetif dimasa mendatang, terutama bagi lulusan perguruan tinggi, yang minim pengalaman. Pengetahuan berbasis praktis dalam operasi industry pertambangan yang dinamis dan kompleksitasnya menuntut pelaku pertambangan untuk terlatih berpikir kritis dan empati dalam rangka pengambilan keputsan yang bijak. Proyek sosial sebagai media pembelajaran kolaboratif diawali oleh Sesi Pembelajaran Online dan Sesi Berbagi dengan mahasiswa sebagai pesera. Dari hasil evaluasi, sebagian besar peserta mendapat wawasan dan perspektif baru, namun masih ada kesenjangan antara pengetahuan teoritis peserta dan pemahaman praktis dilapangan. Perlu adanya ruang untuk berlatih. Evaluasi menghasilkan beberapa ide rekomendasi sebagai tindak lanjut, yaitu Forum Group Discussion, Sharing Session, dan Bootcamp. Program tersebut dikemas dengan tajuk Ruang Pandang, Sharing Session, dan Fast Track Bootcamp yang dilakukan secara virtual. Meskipun strategi dan perencanaan telah dilakukan, namun masih ada kendala operasional, sehingga diperlukan kreatifitas dan analisa yang berkesinambungan agar program tersebut dapat terlaksana. Program yang dikemas dalam konteks proyek sosial ini selaras dengan visi organisasi Ecodex untuk mempromosikan pertambangan yang berkelanjutan sekaligus sebagai upaya untuk menggiatkan iklim kolaboratif antar pemangku kepentingan untuk pendidikan yang lebih baik sebagai ruang persiapan menghadapi dunia prakerja dimasa pandemi, memfamiliarkan kegiatan kebiasaan baru“new normal” yang selaras dengan rencana Kampus Merdeka oleh Menteri Pendidikan demi menyongsong pembangunan Sumber Daya Manusia untuk Indonesia 2045. Makalah ini lebih lanjut menjelaskan mengenai tahapan pembangunan sebuah ide yang solutif yang dikemas dalam proyek sosial sebagai upaya untuk menjembatani kesenjangan antara kebutuhan pendidikan, situasi saat ini, dan tantangan dimasa depan.
ANTARA PASAL BERBAHAYA DAN PASAL SOLUTIF REVISI UU MINERBA Ika Febriana Kuswardani; Fanteri Aji Dharma Suparno
Prosiding Temu Profesi Tahunan PERHAPI 2020: PROSIDING TEMU PROFESI TAHUNAN PERHAPI
Publisher : PERHAPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36986/ptptp.v0i0.210

Abstract

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam. Salah satu sumber kekayaan Indonesia yang mejadi aset terbesar negara adalah mineral dan batubara (minerba). Sumberdaya minerba memiliki peran yang sangat penting untuk kemajuan ekonomi negara karena menjadi salah satu sumber devisa atau penerimaan terbesar di Indonesia. Oleh karena itu diperlukan regulasi dan tata kelola pertambangan yang tepat sehingga tidak hanya menguntungkan beberapa pihak untuk saat ini namun juga tetap memperhatikan tujuan pembangunan berkelanjutan untuk generasi anak bangsa ke depannya. Salah satu upaya yang sudah dilakukan pemerintah adalah dengan membentuk regulasi berupa undang-undang khusus mengatur minerba UU 4/2009. Regulasi diperlukan untuk melakukan pembaruan dan penataan kembali terkait evaluasi kegiatan pengelolaan dan pengusahaan minerba.Dalam 10 tahun semenjak diterbitkannya UU 4/2009, beberapa persoalan krusial belum bisa diselesaikan dengan UU ini. Persoalan yang masih belum dapat diselesaikan antara lain: kewenangan perizinan, korupsi penerimaan negara, kewajiban pengolahan dan pemurnian minerba, pencemaran lingkungan hidup, izin penggunaan lahan, dan konflik perusahaan dengan masyarakat setempat yang berujung kriminalisasi. Oleh sebab itu, untuk mengatasi permasalahan krusial tersebut diperlukan revisi regulasi dengan harapan terwujudnya pengelolaan minerba sesuai dengan kaidah pertambangan yang benar atau Good Mining Practice dan berkelanjutan serta terjadinya keselarasan putusan MK terkait paradigma penyelenggaraan minerba.Penyusunan revisi UU Minerba diperhatikan dan dikaji lebih dalam oleh pemerintah dan DPR yang selanjutnya pada tanggal 12 Mei 2020, revisi UU Minerba disahkan menjadi UU 3/2020 yang merupakan perubahan pertama dari UU 4/2009. Terdapat beberapa poin penting dalam revisi UU Minerba yang menarik perhatian publik, diantaranya seperti perubahan kewenangan perizinan, penguatan peran BUMN di sektor minerba, dan aturan reklamasi atau pengembalian lahan bekas tambang yang menuai pro kontra.Pemerintah sebagai pembuat kebijakan khususnya di bidang pertambangan mineral dan batubara memiliki peran strategis dalam pemecahan konflik yang terjadi di sektor pertambangan. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan untuk tidak berorientasi pada isu bisnis pertambangan saja melainkan harus melihat kondisi lingkungan sekitar dan masyarakat dalam mengambil keputusan mengenai kebijakan pertambangan supaya tercipta keserasian dan keadilan baik dari pihak pemerintahan, pelaku usaha, serta masyarakat.
Identifikasi Perubahan Indeks Vegetasi dan Kaitannya Dengan Mineral Alterasi Menggunakan Citra Sentinel-2A Multi Temporal Haeruddin; Siti Aminah; Fanteri Aji Dharma Suparno; Januar Fery Irawan
Jurnal Geosains dan Remote Sensing Vol 4 No 2 (2023): JGRS Edisi November
Publisher : Department of Geophysical Engineering, Faculty of Engineering, University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jgrs.ft.unila.133

Abstract

Indeks vegetasi merupakan parameter yang diperoleh dari citra satelit untuk menggambarkan aspek kerapatan vegetasi di suatu daerah. Kawasan Jember bagian selatan berada di daerah dengan kerapatan vegetasi lebat dan masuk dalam formasi vulkanik yang menjadi indikasi keterdapatan mineral alterasi. Alterasi mineral terbentuk dari proses ubahan pada mineral akibat adanya proses kompleks yang meliputi perubahan secara mineralogi, kimia, dan tekstur pada batuan. Tujuan penelitian yaitu untuk mengidentifikasi keterkaitan perubahan indeks vegetasi dengan keberadaan mineral alterasi. Untuk menghindari kesalahan pengamatan karena kawasan bervegetasi lebat, maka citra Sentinel-2A yang digunakan lebih dari satu waktu (multitemporal). Proses pengolahan data meliputi koreksi geometrik dan atmosferik, perhitungan NDVI (Normalized Difference Vegetation Index), dan observasi lapangan. Rata-rata nilai indeks vegetasi pada April 2021, Juni 2022, dan Juli 2022 masing-masing sebesar 0,5749, 0,6722, dan 0,6316. Persentase tutupan lahan dari tiga series data didominasi oleh kerapatan vegetasi tinggi sampai sangat tinggi dengan nilai di atas 70%. Jenis penggunaan lahan pada kerapatan vegetasi yang tinggi yaitu hutan, perkebunan, sebagian taman nasional, dan lahan pertanian. Mineral yang teridentifikasi antara lain kuarsa, kaolin, piroksen, plagioklas, dan lain-lain. Mineral alterasi argilik ditemukan di kawasan dengan kerapatan vegetasi yang sangat tinggi.
Productivity Evaluation of Digging, Loading, and Hauling Equipment in Limestone Mining, PT Pertama Mina Sutra Perkasa, Jember, Indonesia Santoso, Raffaello; Suparno, Fanteri Aji Dharma; Irawan, Januar Fery
Journal of Earth and Marine Technology (JEMT) Vol 4, No 2 (2024)
Publisher : Lembaga Penelititan dan Pengabdian kepada Masyarakat - Institut Teknologi Adhi Tama Suraba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31284/j.jemt.2024.v4i2.5561

Abstract

The failure of meeting the productivity target often occurs in mining operations and is caused by several technical obstacles. PT Pertama Mina Sutra Perkasa set a productivity target of 80 tons/hour for loading and digging equipment and 35 tons/hour for transportation equipment. An analysis of factors that affect productivity needs to be studied in order to find out the causes of not achieving the productivity targets set by the company. This research was conducted on the limestone quarry of PT Pertama Mina Sutra Perkasa (PMSP) located in Grenden Village, Puger District, Jember Regency using quantitative research methods. Research begins with the formulation of problems and then data collection and processing. Data that has been processed and analyzed can then be the basis for determining efforts to improve the productivity of loading and transporting excavations. There are three loadings location not reached the productivity target. Not achieving tool productivity targets due to low work efficiency, suboptimal tool distribution time, and a combination of a less than ideal number of tools. In this study, productivity improvement was carried out by reducing the actual obstacle time in order to increase effective working time and tool efficiency.
Determination Coal Mine Ultimate Pit Limit based on Kepmen ESDM No. 227.K/MB.01/MEM.B/2023 and PP 26 2022 Suparno, Fanteri Aji Dharma; Aminah, Siti; Haeruddin, Haeruddin; Lestari, Rina; Mulyani, Kurnia Dewi; Manek, Emanuel; Sulistyo Rini, Utari Retno
Journal of Earth and Marine Technology (JEMT) Vol 5, No 2 (2025)
Publisher : Lembaga Penelititan dan Pengabdian kepada Masyarakat - Institut Teknologi Adhi Tama Suraba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31284/j.jemt.2025.v5i2.7236

Abstract

Economic factors and variables from geological resource models affect ultimate pit limit (UPL). Coal selling price, overburden stripping cost, coal mining cost, and royalties are among the economic factors taken into account in UPL. PP 26 2022 and Kepmen 227.K/MB.01/MEM.B/2023 both control the benchmark coal selling price and royalties. It takes a lot of time to determine UPL utilizing the Lerchs Grossman (LG) algorithm. UPL optimization is now feasible by integrating mining modelling software's Structured Query Language (SQL). The goal of this study is to determine UPL by maximizing coal resources at the site using the help of SQL in LG algorithm, which can optimize pits efficiently, precisely, and economically while taking the most recent laws into account. The study investigates a coal mine in Sanga-sanga, East Kalimantan. The study entails examining data processing using secondary data that was gathered for the study. Using the break-even stripping ratio (BESR) analysis approach, mining limitations are chosen. The chosen incremental stripping ratio (ISR) of 12.88 is in close proximity to the $13.41/ton break-even stripping ratio (BESR). The grid OPT015 in the optimization grid contains the incremental stripping ratio (ISR) value and considered as the UPL for the coal mine.
Manajemen Risiko Kecelakaan Kerja Akibat Blindspot pada Disposal Area Menggunakan Analisis HIRARC Fanteri Aji Dharma Suparno; Ika Fabriana Kuswardani; Yensi Ina Anggraini; Sapna Rizqi Febriany
Jurnal Teknologi Sumberdaya Mineral Vol. 1 No. 1 (2020)
Publisher : Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/jeneral.v1i1.22136

Abstract

Pertambangan merupakan salah satu industri yang memiliki risiko kerja tinggi. Meskipun industri pertambangan menawarkan banyak keuntungan, sektor ini tidak luput dari banyaknya risiko yang kemungkinan terjadi. Risiko yang ditimbulkan baik berupa risiko terhadap lingkungan maupun risiko terhadap para pekerja selama melakukan aktivitas penambangan. Faktor risiko yang biasa ditemui diantaranya ledakan, longsoran, kebakaran. Risiko lain dari aktivitas penambangan adalah terjadinya kecelakaan kerja yang melibatkan alat berat dengan kendaraan kecil. Pada studi kasus ini telah terjadi kecelakaan kerja antara Rigid Dump Truck dengan mobil patroli/LV di area penimbunan overburden atau disposal area dan menewaskan empat orang pekerja. Kejadian ini dapat disebabkan oleh kesalahan manusia, kerusakan alat, maupun kondisi lingkungan. Kesalahan manusia merupakan faktor yang paling mendominasi terjadinya kecelakaan kerja, seperti tidak mematuhi SOP, tidak memakai alat pelindung diri, dan mengabaikan area blindspot pada alat besar. Hal ini menunjukkan bahwa sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja atau biasa disebut K3 sangat penting untuk diaplikasikan pada industri pertambangan. Manajemen K3 pada suatu perusahaan berfungsi untuk mengatur segala aktivitas pertambangan dengan cara mengidentifikasi risiko dan melakukan pengendalian sebagai upaya pencegahan terhadap kejadian yang tidak diinginkan. Pada studi kasus ini terdapat beberapa cara yang digunakan untuk memberikan solusi terhadap masalah yang kemungkinan terjadi terkait dengan K3. Tahap pertama adalah menggambarkan dan menguraikan area yang menjadi titik buta atau blindspot pada alat berat dengan tujuan untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan antar unit. Tahap kedua adalah melakukan analisis K3 menggunakan metode HIRARC dan membuat JSA dengan tujuan supaya dapat mengenali secara dini risiko-risiko yang kemungkinan terjadi pada aktivitas Rigid Dump Truck dan mobil patroli/LV yang sedang beroperasi di area penimbunan. Tahap terakhir adalah penjelasan solusi-solusi yang mengacu pada Undang-Undang dan Kepmen 1827K tahun 2018 tentang manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di industri pertambangan. Ketiga langkah tersebut diharapkan dapat menjadi solusi atas kasus yang sering terjadi di perusahaan pertambangan utamanya terkait dengan kesehatan dan keselamatan kerja di industri pertambangan.
Kajian Sistem Penyaliran Pada Tambang Terbuka Granit Pit Barat, PT. XYZ, Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau Fanteri Aji Dharma Suparno; Zahrah Febianti
Jurnal Teknologi Sumberdaya Mineral Vol. 2 No. 2 (2021)
Publisher : Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/jeneral.v2i2.28501

Abstract

Salah satu kegiatan penting yang dilakukan pada usaha pertambangan adalah sistem penyaliran tambang. Tujuan penelitian adalah untuk mengendalikan air limpasan yang masuk kebukaan tambang agar proses penambangan tidak terganggu. Adapun metode yang digunakan untuk menghitung curah hujan rata-rata dan volume air limpasan yang masuk ke sumuran serta luas kolam pengendapan yang dibutuhkan, yaitu dengan menggunakan metode distribusi Gumbel, metode monobe, dan untuk perhitungan debit limpasan menggunakan metode empiris dan rasional. Dari hasil penelitian curah hujan rata-rata maksimum pada lokasi penelitian yaitu 142.27mm, curah hujan rencana diambil periode ulang 15 tahun sebesar 82.94 mm/jam serta debit limpasan maksimum yang masuk diestimasikan sebesar 6.92 m3/s yang akan masuk ke sump. Jumlah pompa yang digunakan dua unit (2) dengan kapasitas 1000 m3/hari. Jadi untuk mengendalikan air limpasan yang masuk kebukaan tambang dibutuhkan kapasitas kolam sebagai tempat pengendapan sebesar 120.52 m3.
Preparasi dan Analisis Kandungan Unsur dalam Batuan Bijih Emas: Preparation and Analysis of Elemental Content in Gold Ore Rocks Siti Aminah; Fanteri Aji Dharma Suparno; Haeruddin Haeruddin
Jurnal Teknologi Sumberdaya Mineral Vol. 3 No. 1 (2022)
Publisher : Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/jeneral.v3i1.31352

Abstract

Emas termasuk ke dalam golongan logam mulia karena keterdapatannya di bumi yang langka dan memiliki sifat spesifik tertentu. Proses pengolahan ore/bijih pada umumnya dilakukan beberapa tahap, diantaranya adalah tahap kominusi yang terdiri dari crushing dan grinding.Bijih yang telah mempunyai fraksi fraksi ukuran P80 -200# (74 mikron) akan diblending agar homogen. Bijih yang sudah homogen akan dibagi menjadi beberapa contoh sampel yang akan digunakan untuk proses selanjutnya. Analisis komposisi unsur kimia beserta konsentrasinya dalam bijih dilakukan dengan X-Ray Fluorescence (XRF). Berdasarkan hasil analisis XRF, dapat disimpulkan bahwa kandungan mineral terbesal dari sampel bijih batuan emas adalah silica, SiO2