Galuh Condro Asmoro, Ciptaningsih
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Potret fenomena mistik dalam teks sastra sakral kidung “Sudamala” Galuh Condro Asmoro, Ciptaningsih; Zahro, Azizatuz; Karkono , Karkono
Jurnal Genre (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Vol. 7 No. 2 (2025): JURNAL GENRE: (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya)
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26555/jg.v7i2.13047

Abstract

Penelitian ini mengkaji fenomena mistis dalam teks sastra klasik Kidung Sudamala, sebuah karya yang berasal dari tradisi Jawa-Bali dan sarat akan nilai spiritual serta simbolisme religius. Kisah utama dalam teks ini menggambarkan proses ruwatan Dewi Uma yang dikutuk menjadi Batari Durga, sebagai bentuk konsekuensi atas pelanggaran moral. Pendekatan kualitatif deskriptif digunakan dalam menganalisis struktur naratif, simbolisme, dan nilai religius dalam teks tersebut. Grand teori yang mendasari penelitian ini adalah mistisisme, yakni suatu paham spiritual yang menekankan pengalaman langsung dengan realitas ilahi atau kekuatan adikodrati sebagai pusat dari seluruh keberadaan. Mistisisme dalam penelitian ini digunakan sebagai landasan utama untuk memahami representasi simbolik dan spiritual dalam Kidung Sudamala, terutama yang berkaitan dengan konsep ruwatan, karma, reinkarnasi, dan moksa.  Langkah yang dilakukan untuk memperoleh data dan hasil penelitian adalah sebagai berikut: (1) mengadobsi dan mencermai teks sastra sakral Kidung ”Sudamala”, (2) menandai bagian mistik dari kidung tersebut, (3) mengumpulkan data penelitian, (4) melakukan analisis sanding-banding data dengan teroi dan pendapat ahli, dan (5) menyimpulkan hasil penelitian. Hasil kajian menunjukkan bahwa unsur mistik dalam Kidung Sudamala dimanifestasikan melalui transformasi wujud, praktik ruwatan, mitos setra sebagai tempat ilmu pengiwa, serta representasi konsep karma dan moksa. Setra Gandamayu sebagai latar utama menjadi simbol ruang penyucian spiritual, sementara tokoh seperti Dewi Durga dan Rangda mencerminkan relasi antara kekuatan adikodrati dan keseimbangan kosmis. Dengan demikian, teks ini tidak hanya menjadi sarana ekspresi budaya, tetapi juga menjadi refleksi sistem kepercayaan dan spiritualitas masyarakat tradisional di Nusantara.