Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengungkapkan koreografi Tari Piring Bayang di Sanggar San Alida Nagari Painan. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri dan dibantu dengan instrumen pendukung berupa alat tulis dan handphone. Data dikumpulkan melalui studi pustaka, observasi, wawancara dan dokumentasi. Langkah-langkah menganalisis data adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa koreografi Tari Piring Bayang melalui prosers penciptaan diantaranya tema yang diambil dari aktivitas masyarakat seperti menanam padi, eksplorasi dilihat dari masyarakat yang bercocok tanam beramai-ramai yang dijadikan sebagai ide atau gagasan koreografer, improvisasi pada Tari Piring Bayang terdapat pada gerak pijak kaco, komposisi pada Tari Piring Bayang terdapat 20 ragam gerak, pola lantai yang dipakai yaitu bentuk trapezium, segittiga dan lingkaran, property yang dipakai yaitu piring, kostum yang dipakai yaitu baju beludru modifikasi. Elemen komposisi Tari Piring Bayang etrdapat beberapa elemen diantaranya gerak, desain atas, desain lantai, komposisi kelompok, penari, iringan tari, kostum, serta properti. Dalam Tari Piring Bayang juga memakai pola lantai dan komposisi kelompok yang beragam, sehingga tarian ini terlihat menarik dipertunjukkan. Semua penari juga menguasai gerak, kostum yang digunakan dalam Tari Piring Bayang merupakan kostum tradisional yang telah dimodifikasi diantaranya baju kuruang beludru, sarawa( celana), kain sampiang, tokah, salendang kapalo, ikek pinggang. Musik yang digunakan pada Tari Piring Bayang awalnya menggunakan tempo sedang dan tempo semakin naik hingga ending serta diiringi nyanyian dendang. Adapun properti yang digunakan dalam Tari Piring Bayang yaitu piring kecil berwarna putih dan pecahan piring. Piring Bayang diciptakan berdasarkan ide-ide yang telah dikembangkan menjadi sebuah karya tari sebagai suatu pertunjukan dan juga mempertahankan ciri khas penduduk Bayang, Pesisir Selatan yang hidup bergotong royong dalam kehidupann bertani, berladang, dan juga menggambarkan kehidupan masyarakat tepi pasir yaitu sebagai nelayan.