Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit akut akibat infeksi virus dengue dengan gejala perdarahan yang bisa berujung pada syok dan kematian. Sanitasi lingkungan merupakan faktor penting dalam peningkatan kasus DBD, terutama di lingkungan padat penduduk yang mendukung penularan oleh nyamuk Aedes sp. Data dari Puskesmas Wonosegoro menunjukkan bahwa pada tahun 2023 terdapat 44 kasus DBD dengan 1 kematian, sedangkan dari Januari hingga Mei 2024 tercatat 23 kasus DBD dengan 3 kematian. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian DBD di Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali. Metode penelitian ini adalah kuantitatif observasional dengan pendekatan case control. Populasi penelitian berjumlah 69 orang, terdiri dari 23 penderita DBD dan 46 responden kontrol. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner, analisis data menggunakan uji Chi-Square. Penelitian ini mengkaji hubungan antara kondisi kamar, pengelolaan sampah, dan tempat penampungan air dengan kejadian DBD. Hasil menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara kondisi kamar (p-value = 1,000), pengelolaan sampah (p-value = 0,639), dan tempat penampungan air (p-value = 0,535) dengan kejadian DBD di Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa persentase kategori kurang baik dan baik pada kelompok kasus dan kontrol relatif sama, dengan perbedaan yang tidak signifikan. Ini mengindikasikan bahwa ketiga variabel tersebut tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap risiko DBD, sehingga faktor lain mungkin lebih berperan dalam penyebaran penyakit ini.