Miroso Raharjo, Kukuh
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Peningkatan Kapasitas Pengelola Bumdes dalam Mengembangkan Produk Unggulan Desa Miroso Raharjo, Kukuh; Sucipto, Sucipto; Ishom, Moh.; Fatihin, Muhammad Khoirul
Jurnal Pengabdian Masyarakat Indonesia Vol 4 No 1 (2024): JPMI - Februari 2024
Publisher : CV Infinite Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52436/1.jpmi.2000

Abstract

BUMDes merupakan sebuah lembaga desa yang bergerak dalam bidang ekonomi yang dimiliki dan dikelola oleh masyarakat desa untuk membangun perekonomian dan kesejahteraan masyarakat desa. Pembentukan BUMDes dilakukan sesuai kebutuhan masyarakat dan potensi yang ada di desa. BUMDes hadir sebagai salah satu lembaga lokal desa yang dapat melakukan aktivitas ekonomi sekaligus pemberdayaan masyarakat berbasis social enterpreneur. Pengelolaan BUMDes harus didasarkan pada aset dan potensi desa, dengan demikian dapat mengakomodir kebutuhan masyarakat desa dan produk masyarakat dalam rangka meningkatkan perekonomian desa. Untuk mengelola aset dan potensi desa dibutuhkan kapasitas yang cukup, untuk itu dilakukan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas pengelola BUMDes dalam mengembangkan produk unggulan desa melalui kegiatan 1) Pelatihan identifikasi potensi dan aset lokal masyarakat secara partisipatif, dan 2) Pelatihan penentuan skala prioritas masalah & program unggulan BUMDes. Melalui kegiatan ini, diharapkan pengelola BUMDes akan mendapatkan tambahan pengetahuan untuk mengelola lembaganya mencapai tujuan yang telah disepakati, yaitu menggerakkan perkenomian desa secara berkelanjutan.
Companion Skills for Local Food Tourism Village Facilitators to Improve the Family Economy of Ngemplak Dusun, Sumber Suko Village, Wagir District, Malang Purwito, Lasi; Zulkarnain, Zulkarnain; Miroso Raharjo, Kukuh; Avrilianda, Decky
KOLOKIUM Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Vol 11, No 2 (2023): Kolokium : Publishing October 2023
Publisher : Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/kolokium.v11i2.651

Abstract

Ngemplak Hamlet is one of the hamlets in Sumbersuko village in Wagir District, especially located on the slopes of Mount Kawi. Wagir District is located between the slopes of Mount Kawi. This hamlet is one of the hamlets in Sumbersuko village that has physical potential in terms of abundant natural resources, especially in the food sector. The people of Ngemplak Hamlet are able to make various food preparations that come from local food ingredients. Nowadays, tourists are starting to like tourist attractions that not only provide natural beauty but also community interaction. The local food village tourism facilitator has the role of providing information to tourists about the local culinary specialties that exist and the typical dishes of the people in Sumbersuko Village that are served to tourists. The concept of local food tourism villages will indirectly require the community, especially village youth, to act as facilitators of local food. However, the lack of information regarding the potential of villages in Ngemplak hamlet by the community, especially teenagers, especially regarding local food, is one of the obstacles when tourists come to their area. There is a need for assistance to prepare teenagers in Ngemplak Hamlet to be trained to increase their knowledge and skills as local food facilitators, which can be an added value for visiting tourists. The objectives of community service are as follows: (1) Empowering teenagers as facilitators of local food tourism villages in increasing their knowledge and skills in processing local food in Ngempalk Village Hamlet; (2) Provide assistance to the management and members of the local food tourism village in Ngemplak Hamlet, Sumbersuko Village in introducing the tourism village through social media; (3) Provide assistance to local food education tourism village administrators in managing the tourism village so that it can run and survive as one of the tourist village destinations in Malang Regency.
Transformative Learning Informal Education Symbols and Meanings of Traditional Marriage Traditions of The Malay Community of The Riau Islands to The Younger Generation (Ethnographic Study on Penyengat Island, Tanjung Pinang City) Zulkarnain, Zulkarnain; Miroso Raharjo, Kukuh; Dawatul Choiro, Umu; Fahrur Rozi, Muhamad
KOLOKIUM Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Vol 12, No 1 (2024): Kolokium : Publishing April 2024
Publisher : Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/kolokium.v12i1.850

Abstract

Melayu Kepualaun Riau adalah suku bangsa memiliki tradisi adat, salah satunya adalah tradisi adat perkawinan. Namun seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi, implementasi tradisi-tradisi tersebut mengalami perubahan, disebabkan setiap masyarakat akan selalu mengalami perubahan sosial, khususnya pada tradisi adat perkawinan. Perkawinan mempunyai arti yang sangat penting dalam kehidupan pada masa depan pendidikan informal. Transformatif learning adalah sebuah proses perubahan yang mendasar pada diri manusia dan pembelajaran yang menghasilkan perubahan mendasar pada diri generasi milinial. Jika dahulu belajar hanya mengedepankan aspek kognitif, akan tetapi pembelajaran transformatif menampilkan pembelajaran ke dalam suatu keadaan yang mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik serta memotivasi pembelajar dalam usaha pengalaman pembelajaran. Tujuan penelitian adalah sebagai berikut: (1) Mendeskripikan proses tradisi adat perkawinan masyarakat melayu sebagai pendidikan informal di pulau penyengat; (2) Mendeskripsikan Pembelajaran transformatif  pendidikan informal makna dan simbol adat perkawinan masyarakat melayu pulau penyengat  kepada generasi muda. Metode penelitian menggunakan pendekatan penelitian kualitatif studi kasus Teknik pengumpulan data yang digunakan: wawancara mendalam,  observasi partisipatif dan studi dkomentasi. Kesimpulan penelitian sebagai berikut: (1) proses tradisi adat perkawinan masyarakat melayu sebagai pendidikan informal Proses adat istiadat perkawinan  pada masyarakat Melayu ini juga sebagai proses pendidikan informal dimana terjadi proses yang berlangsung sepanjang usia sehingga setiap orang memperoleh nilai, sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang bersumber dari pengalaman hidup sehari- hari, pengaruh lingkungan termasuk di dalamnya pengaruh kehidupan keluarga, hubungan dengan tetangga atau masyarakat. sakral . Acara perkawinan masyarakat Melayu Kepulauan Riau sebagaimana panjangnya merupakan suatu proses adat istiadat yang perjalanan yang harus dilakukan menjadi lembaga majelis perkawinan yang begitu suci, (2 Pembelajaran Transformatif  Pendidikan Informal Makna dan Simbol Adat Perkawinan Masyarakat Melayu Pulau Penyengat  Kepada Generasi Muda pada masyarakat Melayu Kepulauan Riau semakin mudah menerima perubahan tanpa menyedari perubahan yang drastis memberi kesan terhadap keaslian adat istiadat itu sendiri. Hal Ini menjadikan masyarakat Melayu begitu terbuka dan tidak menutup sesuatu yang baru  serta mempunyai daya untuk membuat perubahan.
Optimizing the Role of Non-formal and Informal Education in Realizing Independent and Sustainable Village Innovations Zulkarnain, Zulkarnain; Miroso Raharjo, Kukuh; Fatihin, M. Khoirul; Avriliand, Decky
KOLOKIUM Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Vol 10, No 2 (2022): Kolokium : Publishing October 2022
Publisher : Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/kolokium.v10i2.547

Abstract

Strengthening the potential of rural communities, one of which is the government's efforts in developing villages through community empowerment which is packaged in the Village Innovation program, namely an empowerment program to improve the welfare of rural communities through optimizing the use of village funds. The purposes of this paper are: (1) to describe the Independent Village Innovation Program and Inclusive Village, (2) to describe the role of non-formal education in realizing village innovation, (3) a case of community empowerment through social capital-based tourism village management in realizing independent innovation villages. The conclusions are as follows: (1) Realizing independent and dignified village innovations needs to be implemented by institutionalizing innovation with the principles of accountability, transparency, and participation, (2) Profiles of graduates from out-of-school education study programs have competencies that are in accordance with the tasks and competencies required by village assistants by ministry of villages, (3) Synergy between the Ministry of Villages, Development of Disadvantaged Regions and Transmigration with universities, one of which is non-formal education study programs should be a must in carrying out state responsibilities for the welfare of its people as a whole.Keywords: Non-formal, informal education, village innovation