Artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi strategi komunikasi media konsultasi online Let’s Talk dalam menjangkau remaja dari keluarga broken home. Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan landasan teori Stimulus-Organism-Response (S-O-R) dari Hovland untuk menganalisis bagaimana pesan-pesan konsultasi online memengaruhi sikap dan respons psikologis remaja. Data diperoleh melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara mendalam dengan dua narasumber utama, yaitu Moh. Khoirul Anam selaku Ketua Insan GenRe Kediri dan Lilis Rahmawati selaku admin serta konselor sebaya di platform Let’s Talk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi komunikasi berbasis pendekatan REACH (Respect, Empathy, Audible, Clarity, Humble) efektif dalam membangun relasi konsultatif yang empatik dan konstruktif. Strategi ini menciptakan ruang komunikasi yang aman dan terbuka, mempermudah remaja menyampaikan perasaan serta permasalahan mereka. Kontribusi utama penelitian ini adalah memperkaya literatur tentang komunikasi daring dalam konteks konseling psikososial remaja. Signifikansinya terletak pada penyediaan model komunikasi berbasis nilai yang dapat diadaptasi oleh lembaga sejenis dalam menghadapi persoalan remaja akibat disfungsi keluarga. This study aims to identify the communication strategies employed by the Let’s Talk online counseling platform in engaging adolescents from broken home families. A qualitative approach was adopted, guided by the Stimulus-Organism-Response (S-O-R) theory by Hovland, to analyze how online counseling messages influence adolescents' attitudes and psychological responses. Data were collected through observation, documentation, and in-depth interviews with two key informants: Moh. Khoirul Anam, Head of Insan GenRe Kediri, and Lilis Rahmawati, the platform’s administrator and peer counselor. The findings reveal that the REACH-based communication strategy—comprising Respect, Empathy, Audible, Clarity, and Humble—proves effective in fostering empathetic and constructive counselor-client relationships. This approach creates a safe and open communicative space, enabling adolescents to express their emotions and personal issues more freely. The main contribution of this research lies in enriching the discourse on online communication in psychosocial counseling for youth. Its significance is reflected in providing a value-based communication model that can be adapted by similar institutions in addressing youth issues stemming from family dysfunction.