Artikel ini bertujuan untuk membahas tantangan komunikasi antarbudaya di era digital, khususnya fenomena atemporalitas dan kelebihan informasi yang muncul di media sosial. Komunikasi digital sering kali berlangsung tanpa kejelasan waktu dan konteks budaya, sehingga memicu kebingungan serta salah tafsir antar pengguna dari latar budaya yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bentuk tantangan tersebut dan strategi yang digunakan individu dalam menghadapinya. Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik wawancara semi-terstruktur. Partisipan berjumlah delapan orang mahasiswa Universitas Negeri Makassar yang aktif berinteraksi secara daring dengan individu dari budaya berbeda. Data dianalisis secara tematik untuk mengidentifikasi pola pengalaman dan respons partisipan. Hasil menunjukkan bahwa partisipan mengalami stres akibat banjir informasi dan disorientasi waktu. Mereka kesulitan membedakan informasi yang akurat dan relevan. Sebagai respons, mereka menggunakan strategi verifikasi sumber, pemeriksaan fakta, dan peningkatan literasi media. Penelitian ini berkontribusi dalam memperkuat pentingnya literasi digital dan kesadaran budaya sebagai bekal menghadapi disinformasi. Temuan ini juga merekomendasikan pengembangan fitur media sosial yang kontekstual dan mendukung komunikasi antarbudaya yang lebih akurat dan inklusif. This study explores the challenges of intercultural communication in the digital era, focusing on the phenomena of atemporality and information overload emerging on social media platforms. Digital communication often occurs without clear temporal or cultural context, leading to confusion and misinterpretation among users from diverse cultural backgrounds. The purpose of this research is to identify the nature of these challenges and examine the strategies individuals use to navigate them. The study employs a qualitative approach using semi-structured interviews. Eight student participants from Universitas Negeri Makassar were selected, all of whom actively engage in online intercultural interactions. The data were analyzed thematically to identify patterns of experience and response among participants. Findings reveal that participants experienced stress due to the overwhelming volume of information and temporal disorientation. They found it difficult to distinguish accurate and relevant information. In response, participants adopted strategies such as source verification, fact-checking, and improving their media literacy. This research contributes to strengthening the role of digital literacy and cultural awareness as essential tools for countering disinformation. It also recommends the development of social media features that promote contextualized and inclusive intercultural communication.