<![CDATA[The material object in this research is one of Najib Mahfudz's collection of stories with the title "Si Malang", which is taken from a story collection book entitled "Bisik Bintang", the formal object of which is deconstruction presented by Derrida. This article offers a new reading and meaning of the story of the character Hasan El-Dahshan. As a variety of literary sociology theory, Derrida's deconstruction has a theoretical category that rejects the establishment of all forms of logocentric structures understood by most people where there is only black and white or only right and wrong. Therefore, this theory tries to turn this around, so that it has a wider variety of colors and does not just focus on one point that is always considered correct by society. The research in this paper comes from the literature. The method used is deconstruction through three stages: the first stage is verbal reading, the second stage is textual reading, and the third is linguistic reading. The results of this research found a structure that was considered established and considered valid, which was then carried out by reversing the hierarchy by reviewing it again to see the form of instability of meaning through the multiplicity of characters in the short story, thus producing new meaning through the multiplication of identities, showing the destruction of the absoluteness of identities that are only understood as powerful, evil, powerful, and powerless in the story.Objek materi dalam penelitian ini adalah salah satu dari kumpulan cerita Najib Mahfudz dengan judul “Si Malang” yang diambil dari buku kumpulan cerita berjudul “Bisik Bintang”, objek formalnya adalah dekonstruksi yang dibawakan oleh Derrida. Tulisan ini menawarkan pembacaan dan pemaknaan baru atas cerita tokoh Hasan El-Dahshan. Sebagai ragam teori sastra sosiologi, dekonstruksi Derrida memiliki kategori psikologi yang menolak kemapuan dari segala bentuk Struktur logosentris yang dipahami oleh kebanyakan orang yang mana hanya ada hitam dan putih atau hanya ada benar dan salah. Oleh karena itu teori ini mencoba memutarbalikkan hal tersebut agar lebih memiliki ragam warna dan tidak hanya fokus pada satu titik yang selalu dianggap benar oleh masyarakat. Penelitian dalam tulisan ini berasal dari kepustakaan, Adapun penggunaan metode berupa dekonstruksi melalui tiga tahapan, yaitu tahap pertama berupa pembacaan verbal, tahap kedua berupa pembacaan tekstual, dan ketiga berupa pembacaan secara linguistik. Hasil dari penelitian ini ditemukan struktur yang sudah dianggap mapan dan dianggap absah, yang kemudian dilakukan pembalikan hierarki dengan menelaah kembali untuk melihat bentuk ketidakstabilan makna melalui multiplitas tokoh yang berada di dalam cerpen sehingga menghasilkan pemaknaan baru melalui multiplikasi identitas, menunjukkan hancurnya kemutlakan identitas yang hanya menjadi orang yang memahami kekuasaan, jahat, kuat, dan tidak berdaya pada cerita tersebut.]]>
