Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan dengan angka kasus dan kematian yang signifikan. Kota Yogyakarta merupakan salah satu daerah dengan angka kejadian tuberkulosis yang masih relatif tinggi, dengan jumlah kasus 1.335 kasus pada tahun 2022. Terjadi peningkatan dari tahun 2021 sebelumnya dengan jumlah kasus 879 kasus. Pengobatan tuberkulosis dapat menyebabkan kerusakan hati. Parameter untuk menentukan adanya kerusakan hati adalah dengan melihat kadar SGOT dan SGPT. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kadar enzim SGOT dan SGPT pada pasien tuberkulosis dalam pengobatan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) selama enam bulan di RSU PKU Muhammadiyah Kota Yogyakarta. Jenis penelitian ini deskriptif kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Pengambilan sampel berdasarkan purposive sampling dengan ketentuan pasien hanya penderita tuberkulosis paru dalam pengobatan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) selama masa pengobatan bulan 1 sampai dengan bulan 6. Hasil penelitian menunjukan bahwa laki-laki lebih tinggi daripada perempuan yaitu sebesar 55,9% sedangkan perempuan 44,1%. Hasil pemeriksaan juga menunjukan bahwa kelompok usia <60 tahun sebagian besar pasien tuberkulosis yang menjalani pengobatan OAT sebesar 67,6% sedangkan usia 60 tahun 42,4%. Hasill pemeriksaan berdasarkan lama pengobatan, kadar SGOT dan SGPT yang meningkat sebagian besar lama pengobatan 6 bulan dengan persentase sebesar 5,9% sedangkan kadar SGOT normal persentase sebesar 94,1%. Hasil pemeriksaan SGPT juga menunjukan bahwa terjadi peningkatan berdasarkan lama pengobatan sebagian besar lama pengobatan 6 bulan dengan persentase 5,9% sedangkan kadar SGPT normal persentase sebesar 94,1%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat kenaikan kadar sgot dan sgpt pada pasien tuberkulosis dalam pengobatan OAT selama 6 bulan.