Peningkatan permintaan hasil hortikultura mendorong petani menggunakan pestisida kimia untuk mengendalikan hama. Namun, penggunaan yang tidak tepat, berlebihan, tanpa mengikuti aturan, dan tanpa APD menimbulkan risiko kesehatan, seperti hipertensi, serta mencemari lingkungan. Di Desa Jembayan, mayoritas penduduk bekerja sebagai petani, dengan lonjakan penggunaan pestisida akibat ledakan hama dalam beberapa tahun terakhir. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional untuk menganalisis faktor risiko penggunaan pestisida terhadap hipertensi pada 50 petani hortikultura. Variabel yang diteliti meliputi jenis pestisida, frekuensi dan durasi penyemprotan, penggunaan APD, masa kerja, serta metode penyemprotan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 74% petani tidak menggunakan APD sesuai standar. Faktor risiko signifikan terhadap hipertensi meliputi durasi penyemprotan lebih dari tiga jam (P = 0,00), masa kerja >10 tahun (P = 0,015), arah angin (P = 0,00), dan kebiasaan merokok (P = 0,00), sedangkan penggunaan APD yang memadai (P = 0,021) mengurangi risiko. Mayoritas responden adalah laki-laki produktif dengan pendidikan atas, namun tingkat kepatuhan terhadap penggunaan APD masih rendah karena alasan ketidaknyamanan. Meskipun frekuensi penyemprotan rendah, durasi lama serta paparan pestisida akibat arah angin dan kebiasaan merokok meningkatkan risiko. Pestisida yang paling sering digunakan adalah fungisida dan insektisida, dengan sebagian besar petani memiliki masa kerja lebih dari 10 tahun dan lahan kurang dari satu hektar. Oleh karena itu, diperlukan edukasi, penyediaan APD yang ergonomis, serta praktik pertanian aman untuk mengurangi dampak pestisida.