Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kompleksitas kehidupan manusia yang tergambar dalam monolog 'Lagu Pak Tua' karya Adhy Pratama, dengan penekanan pada isu kemiskinan, kesepian, dan perjuangan eksistensial. Dengan pendekatan kualitatif deskriptif dan sosiologi sastra, penelitian ini mengungkapkan bagaimana struktur sosial dan ekonomi yang tidak adil membentuk pengalaman hidup individu, terutama mereka yang berada di pinggiran. Monolog ini menggambarkan Pak Tua sebagai simbol seseorang yang terjebak dalam siklus kemiskinan dan marginalisasi, yang berdampak bukan hanya secara materi, tetapi juga secara psikologis, seperti rasa kesepian dan keterasingan. Imajinasi dan mimpi yang terdapat dalam monolog menjadi salah satu cara bagi Pak Tua untuk sejenak menghindari kenyataan pahit yang harus dia hadapi. Melalui dunia khayalan, Pak Tua menciptakan harapan dan kekuatan untuk terus bertahan, meskipun dalam situasi yang penuh keterbatasan dan keputusasaan. Penelitian ini menyoroti pentingnya memahami keterkaitan antara struktur sosial yang menindas, proses marginalisasi, dan dampaknya terhadap kesehatan mental individu. Selain itu, studi ini juga menekankan pentingnya kesadaran kolektif dan solidaritas sosial dalam menghadapi masalah kemiskinan dan kesepian, sehingga tercipta masyarakat yang lebih adil dan inklusif. Dengan cara ini, monolog 'Lagu Pak Tua' tidak hanya mencerminkan realitas sosial yang keras, tetapi juga memberikan wawasan mendalam tentang mekanisme psikologis individu dalam menghadapi tekanan kehidupan. Penelitian ini menekankan pentingnya usaha bersama untuk mengatasi ketidakadilan sosial dan membangun solidaritas demi memperbaiki nasib kelompok yang terpinggirkan.