Pribadi, Nathasya Yusvie
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Somatic Embryogenesis Induction in Coffea arabica L. by 2,4-Dichlorophenoxyacetic acid and 6-Furfurylaminopurine Tarigan, Puji Lestari; Sukendah, Sukendah; Dewanti, Felicitas Deru; Pribadi, Nathasya Yusvie; Zulmi, Shinta Nuraini
Agro Bali : Agricultural Journal Vol 7, No 3 (2024)
Publisher : Universitas Panji Sakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37637/ab.v7i3.1841

Abstract

Coffee plants typically produce for 5 to 20 years before requiring rejuvenation to maintain sustainable production levels. Tissue culture methods offer a way to efficiently produce coffee seedlings with identical genetics on a large scale, while also protecting against pests and diseases. This research focuses on developing suitable culture media for generating coffee through somatic embryogenesis, as an initial stage in creating synthetic seeds. The coffee leaf explant from young leaves. The materials were MS media, alcohol 70%, 2,4-D, Kinetin, vitamin C, Dithane M-45, Agrept, and aquades. The culture used bottles, tweezers, autoclaves, hot plates, and LAF. The treatment was the concentration of 2,4-D and Kinetin. The treatments were: 1) D0K0=0 mL.L-1 2,4-D + 0 mL.L-1 Kinetin, 2) D1K0=2 mL.L-1 2,4-D + 0 mL.L-1 Kinetin, 3) D2K0=4 mL.L-1 2,4-D + 0 mL.L-1 Kinetin, 4) D0K1=0 mL.L-1 2,4-D + 2 mL.L-1 Kinetin, 5) D0K2=0 mL.L-1 2,4-D + 4 mL.L-1 Kinetin, 6) D1K1= 2 mL.L-1 2,4-D + 2 mL.L-1 Kinetin, 7) D2K2=4 mL.L-1 2,4-D + 4 mL.L-1 Kinetin, 8) D1K2=2 mL.L-1 2,4-D + 4 mL.L-1 Kinetin, and 9) D2K1=4 mL.L-1 2,4-D + 2 mL.L-1 Kinetin. Each treatment is replicated three times, so there are 27 experimental units. The treatment D1K1 results showed that the highest percentage of life calli induction was 74%, fastest callus induction times were at 25 days, then yellowish color and a crumbly texture were the most ideal morphological variables.
PENGARUH PEMBERIAN IAA DAN BAP TERHADAP WAKTU MUNCUL TUNAS TANAMAN PULE PANDAK (Rauvolfia serpentina) SECARA IN VITRO Pribadi, Nathasya Yusvie; Nugrahani, Pangesti; Makhziah, Makhziah
Agrika Vol. 19 No. 2 (2025): NOVEMBER 2025
Publisher : Badan Penerbitan Universitas Widyagama Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31328/ja.v19i2.6839

Abstract

Rauvolfia serpentina merupakan tanaman obat yang memiliki berbagai manfaat farmakologis, terutama dalam mengatasi hipertensi, gangguan saraf, dan insomnia. Populasi tanaman ini semakin menurun akibat kesulitan perkecambahan dan eksploitasi bagian akar sebagai bahan obat. Penelitian ini bertujuan mengoptimalkan multiplikasi tunas pule pandak melalui kultur jaringan dengan kombinasi zat pengatur tumbuh (ZPT) indole-3-acetic acid (IAA) dan 6-benzylaminopurine (BAP). Rancangan yang dipergunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari dua faktor perlakuan yaitu IAA (0.0, 0.5, 1.0, dan 1.5 mg/l) dan BAP (0, 1, 2, dan 3 mg/l). Parameter yang diamati meliputi persentase hidup, waktu muncul tunas, dan waktu muncul daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi nyata pada kombinasi antara perlakuan IAA dan BAP pada waktu muncul daun. Kombinasi perlakuan 1.0 mg IAA dengan 2 ppm + 3 ppm BAP serta 1.5 ppm IAA + 1 ppm , 2 ppm dan 3 ppm BAP mengakibatkan daun muncul paling cepat, berturut-turut sebesar 15.33, 1567, 15.67, 16.00 dan 14.67 hari.  Sementara itu tidak terdapat interaksi nyata antara perlakuan IAA dan BAP pada parameter persentase hidup dan waktu muncul tunas. Persentase hidup akibat perlakuan 0.5 mg/l dan 1.5 mg/l lebih besar dibanding tanpa IAA, berturut-turut sebesar 86.22%, 83.33% dan 69.44%, sementara semua pemberian konsentrasi BAP mengakibatkan persentase hidup yang lebih tinggi dibanding tanpa BAP. Waktu muncul tunas tercepat diakibatkan perlakuan tunggal 1.0 ppm IAA, yaitu 16.66 hari, juga diakibatkan perlakuan 2 dan 3 ppm BAP, selama 16.00 dan 16.00 hari.