Kegiatan usaha yang memanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA) tentunya membutuhkan lahan dan tidak akan lepasdari proses pembebasan lahan. Dalam proses pembebasan lahan dibutuhkan strategi negosiasi agar dapat menemukankata sepakat. Negosiasi dilakukan oleh perusahaan untuk menemukan kesepakatan dalam memenuhi kepentingan, PTPertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS) sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidangeksplorasi dan eksploitasi memiliki fungsi Land Matters & Formalities (LMF) dalam melakukan pembebasan lahan.Pada umumnya negosiasi di perusahaan berhadapan dengan sesama negosiator handal, berbeda dengan yang terjadioleh Land Matters & Formalities (LMF) PT Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS) yang berhadapan denganmasyarakat atau khalayak yang secara demografi memiliki pendidikan rendah. adanya ketidaksetaraan pendidikan diantara anggota masyarakat dapat memengaruhi dinamika negosiasi dan menyebabkan beberapa hambatan, individudengan pendidikan rendah memiliki keterbatasan pengetahuan dan keterampilan komunikasi, yang dapatmempengaruhi kemampuan mereka untuk memahami isuisu yang kompleks atau untuk menyampaikan pendapat dankebutuhan mereka secara efektif selama negosiasi sehingga lebih menekankan pada strategi pendekatan dibandingkemampuan komunikasi terstruktur. Sesuai dengan yang terjadi di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitiantentang bagaimana strategi negosiasi Land Matters & Formalities (LMF) PT Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS)ketika berhadapan dengan masyarakat atau khalayak yang berpendidikan rendah dalam melakukan negosiasipembebasan lahan. Metodologi atau pendekatan penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis kualitatif deskriptif danteori strategi negosiasi sebagai analisis pembahasan. Dengan menggunakan strategi negosiasi menurut Bardge (2009),diantaranya adalah (1) membingkai (framing); (2) menyusun strategi; dan (3) mengelola hubungan.Kata Kunci-strategi, negosiasi, Land Matters & Formalities (LMF), PT Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS),masyarakat atau khalayak.