Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji Kurikulum Merdeka dalam perspektif pendidikan kritis Paulo Freire, khususnya dalam kaitannya dengan konsep pendidikan sebagai praksis pembebasan. Metode yang digunakan adalah studi kepustakaan dengan pendekatan analisis kritis-interpretatif terhadap kebijakan Kurikulum Merdeka, buku-buku utama karya Freire, serta literatur ilmiah yang relevan. Temuan menunjukkan bahwa Kurikulum Merdeka membawa semangat desentralisasi dan fleksibilitas melalui konsep seperti merdeka belajar, projek penguatan profil pelajar Pancasila (P5), dan diferensiasi pembelajaran, secara substantif kurikulum merdeka belum sepenuhnya mewujudkan pendidikan pembebasan dalam makna Freirean. Guru masih diposisikan sebagai pelaksana kebijakan ketimbang sebagai subjek ideologis yang mampu merumuskan pendidikan secara kontekstual dan transformatif. Pelatihan guru lebih banyak bersifat teknis dan prosedural, bukan penguatan kapasitas kritis. Selain itu, ruang dialog dalam pembelajaran masih bersifat superfisial dan belum menyentuh struktur ketimpangan sosial secara sistematis. Proyek P5 juga cenderung menekankan aktivitas moral-spiritual yang netral secara politik dan belum diarahkan untuk membongkar realitas ketidakadilan sosial. Dalam pandangan Freire, situasi ini menunjukkan bahwa Kurikulum Merdeka berpotensi menjadi instrumen kontrol baru yang terselubung dalam narasi kebebasan. Dengan demikian, penelitian ini merekomendasikan perlunya reorientasi ideologis dan praksis dalam implementasi Kurikulum Merdeka agar lebih sesuai dengan semangat pendidikan kritis dan transformatif.