p-Index From 2020 - 2025
0.408
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Kurios
Cahyono, Didik Christian Adi
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Trauma dan rekonsiliasi: Peran gereja bagi perjuangan pemulihan penyintas tragedi kekerasan di indonesia Cahyono, Didik Christian Adi; Samosir, Agustina Raplina
KURIOS Vol. 9 No. 2: Agustus 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30995/kur.v9i2.800

Abstract

One way to reconcile is by acknowledging violence or crime incidents. Recognition of this tragedy, apart from opening the public's eyes to the events that occurred, is also a form of acceptance for the survivors who experienced it. Revealing the facts about incidents of violence in public spaces becomes a path for further struggle, an effort to tell the truth to create forgiveness, justice, and peace. However, practically, this recognition takes work to realize. This difficulty occurs because people tend to want to forget and cover up the violent events; secondly, there is a connection with specific political policies, making recognition challenging to realize. In situations like this, recovery and reconciliation are tough to achieve. Using Soe Tjen Marching's narrative experience, this paper will discuss the church's role in public space to provide a place for narrative and confession for the violent events that occurred and for the survivors of the tragedy. AbstrakSalah satu jalan bagi terciptanya rekonsiliasi adalah adanya pengakuan terhadap peristiwa kekerasan atau kejahatan. Pengakuan atas tragedi tersebut, selain untuk membuka mata publik atas peristiwa yang terjadi, juga sebagai bentuk penerimaan bagi para penyintas yang mengalaminya. Pembukaan fakta atas peristiwa kekerasan di ruang publik menjadi jalan bagi perjuangan selanjutnya; usaha untuk membuka kebenaran demi terciptanya pengampunan, keadilan, dan perdamaian. Akan tetapi, dalam tataran praktis, pengakuan tersebut tidak mudah diwujudkan. Kesulitan ini terjadi karena pertama, orang cenderung ingin melu-pakan dan menutupi peristiwa kekerasan yang terjadi; kedua, adanya persinggungan dengan kebijakan politis tertentu yang membuat pengakuan tidak mudah diwujudkan. Dalam situasi seperti ini, pemulihan dan rekonsiliasi tidak mudah untuk diwujudkan. Dengan memakai narasi pengalaman dari Soe Tjen Marching, makalah ini akan membahas peran gereja di ruang publik untuk memberi tempat bagi narasi dan pengakuan; atas peristiwa kekerasan yang terjadi dan bagi para penyintas atas tragedi tersebut.
Ongoing spirituality: Sebuah refleksi realitas penderitaan melalui pembacaan narasi Ayub Samosir, Agustina Raplina; Cahyono, Didik Christian Adi
KURIOS Vol. 9 No. 3: Desember 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30995/kur.v9i3.891

Abstract

Penderitaan dan spiritualitas kerap disandingkan dan dianggap saling mempengaruhi. Penderitaan seakan-akan menjadi bagian integral jalan spiritualitas. Penderitaan seolah sebuah keniscayaan ketika menempuh jalan spiritualitas. Di sisi lain, penderitaan digambarkan seperti anak tangga untuk mencapai level spiritualitas tertinggi. Salah satu kisah yang memperkuat pandangan bahwa penderitaan adalah ujian iman adalah kisah Ayub. Ayub dipandang sebagai orang yang sabar dan saleh meskipun menghadapi penderitaan yang luar biasa. Berdasarkan model pembacaan Bakhtin, pengakuan Allah tentang kesalehan, rasa takut akan Allah, dan keteguhan Ayub menjauhkan diri dari kejahatan bukanlah pernyataan final, melainkan sebuah penghayatan yang terus berlangsung. Model pembacaan ini membawa pembaca pada pemahaman bahwa kata atau ucapan seorang tokoh bukan merupakan bentuk final, sebaliknya, menawarkan makna baru dan senantiasa terbuka untuk dipertanyakan kembali, merupakan teks polifonik.