ABSTRAK Resistensi antibiotik merupakan permasalahan kesehatan global yang disebabkan oleh penggunaan antibiotik yang tidak tepat. Antibiotik, baik yang berasal dari mikroorganisme maupun hasil sintesis, berfungsi menghambat atau membunuh bakteri patogen. Namun, penggunaan yang tidak terkontrol dapat memicu resistensi, di mana bakteri menjadi kebal terhadap pengobatan, sehingga efektivitas terapi menurun. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas edukasi mengenai penggunaan antibiotik yang rasional di Kampung Citeureup, Desa Pakemitan, Kecamatan Cikatomas, Kabupaten Tasikmalaya. Metode yang digunakan meliputi diskusi kelompok terarah (FGD) dengan tenaga penyuluh, aparatur desa, dan kepala dusun guna memahami tingkat pengetahuan awal masyarakat. Selain itu, dilakukan penyuluhan interaktif yang mencakup prinsip penggunaan antibiotik yang benar serta dampak negatif dari penggunaannya yang tidak rasional. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan skor pre-test dan post-test guna mengukur perubahan pemahaman peserta setelah mengikuti edukasi. Hasil analisis statistik menggunakan uji Paired Samples T-Test menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam pemahaman peserta, dengan p-value sebesar 0,000 (p < 0,05). Hal ini membuktikan bahwa intervensi edukasi yang diberikan efektif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai penggunaan antibiotik yang benar. Oleh karena itu, program edukasi serupa perlu terus dilaksanakan secara berkelanjutan dengan cakupan yang lebih luas untuk menekan angka resistensi antibiotik di masyarakat. Kata Kunci: Antibiotik, Resistensi, Edukasi Kesehatan, Penyuluhan Masyarakat. ABSTRACT Antibiotic resistance is a global health issue caused by the improper use of antibiotics. Antibiotics, whether derived from microorganisms or synthetically produced, function to inhibit or kill pathogenic bacteria. However, uncontrolled use can trigger resistance, where bacteria become immune to treatment, reducing the effectiveness of therapy. This study aims to evaluate the effectiveness of education on rational antibiotic use in Kampung Citeureup, Pakemitan Village, Cikatomas District, Tasikmalaya Regency. The methods used included a focus group discussion (FGD) with health educators, village officials, and community leaders to assess the initial level of public knowledge. Additionally, interactive counseling sessions were conducted, covering the principles of proper antibiotic use and the negative effects of irrational consumption. The evaluation was carried out by comparing pre-test and post-test scores to measure changes in participants’ understanding after receiving the education. Statistical analysis using the Paired Samples T-Test showed a significant increase in participants’ understanding, with a p-value of 0.000 (p < 0.05). This indicates that the educational intervention was effective in raising public awareness of proper antibiotic use. Therefore, similar educational programs should continue to be implemented on a broader scale to reduce the incidence of antibiotic resistance in the community. Keywords: Antibiotics, Resistance, Health Education, Community Outreach.