Wacana kenaikan tarif BRT Transjakarta yang ditetapkan sejak tahun 2005 sering muncul di media masa. Untuk memberikan evidence response penumpang terhadap tarif tersebut, penelitian ini dilakukan. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengestimasi efek marjinal dan elastisitas permintaan dua jenis pelayanan, yaitu BRT Transjakarta dan Jaklingko. Metode penghitungan efek marjinal dan elastisitas menggunaknan multinomial logit model (MNL) dan conditional logit model (CLM). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan stated preference survey terhadap 1.202 responden, yang terdiri dari 621 responden BRT Transjakarta dan 581 responden Jaklingko. Berbeda dengan penelitian yang pernah dilakukan di Jakarta sebelumnya, penelitian ini langsung mengestimasi tarif, waktu perjalanan, waktu menunggu, dan biaya transportasi kendaraan pribadi. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis efek marjinal dan elastisitas terhadap tingkat pendapatan pengguna secara langsung, yaitu dengan memasukkan tingkat pendapatan di dalam model, dan juga membuat model yang berbeda untuk tingkat pendapatan yang berbeda. Dari hasil penelitian, ditemukan efek marjinal permintaan BRT Jakarta rata-rata -0,0187, dengan elastisitas sekitar -0,0757, yang menunjukkan elastisitas pernintaan terhadap tarif tidak elastis. Demikian pun terhadap waktu perjalanan dengan efek marjinal sekitar separuh dari tarif, yaitu -0,0085 dan elastisitas -0,9074. Untuk waktu tunggu, efek marjinal sekitar dua kali dibandingkan waktu tempuhnya, yaitu sebesar -0,0165, dengan elastisitas -0,0780, dan untuk biaya perjalanan kendaraan pribadi dengan efek marjinal 0,0011 dan elastisitas 0,0848. Sedangkan untuk tingkat pendapatan dengan efek marjinal 0,0061, atau permintaan akan meningkat 0,61% setiap terjadi RpĀ 1 juta peningkatan pendapatan pengguna, dengan elastisitas 0,0546. Efek marjinal dan elastisitas ini menurun pada tingkat pendapatan yang lebih tinggi. Hal yang sama terjadi pada pelayanan Jaklingko. Secara umum, efek marjinal dan elastisitas Jaklingko lebih tinggi dibandingkan dengan BRT Transjakarta.