Latar belakang : Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebih yang dapat memberi risiko kesehatan. Berdasarkan data organisasi Kesehatan dunia, WHO, prevalensi obesitas pada anak dan remaja di dunia tahun 2016 mencapai 18% populasi dewasa. Dibandingkan tahun 1975, tercatat peningkatan prevalensi obesitas 4.5 kali lipat. Data Riskesdas menunjukan bahwa prevalensi obesitas sentral pada usia ?15 tahun sebesar 31% pada tahun 2018, didapatkan peningkatan dibanding 2013 (26,6%). Penelitian bertujuan untuk melihat hubungan antara frekuensi konsumsi, asupan energi, lemak, gula dan garam dalam fast food dengan kejadian obesitas pada siswa/i kelas 1 di SMP X di Yogyakarta. Metode : Penelitian analitik metode cross-sectional, Sampel dipilih dengan metode consecutive sampling. Subjek penelitian ini berjumlah 184 subjek. Metode pengukuran yang akan digunakan adalah mengukur IMT siswa/i berdasarkan Indeks Massa Tubuh WHO Asia-Pasifik. Pengumpulan data konsumsi fast food, asupan energi, lemak, gula dan garam akan menggunakan kuesioner FFQ yang akan diberikan kepada para informan dan melakukan pengukuran secara daring terhadap berat badan dan tinggi badan. Hasil : Analisis chi-square dan fisher exact didapatkan hubungan bermakna antara asupan lemak, gula, dan garam dengan kejadian obesitas (p=0,00;0,00;0,021), dan tidak didapatkan hubungan bermakna antara asupan energi dan frekuensi konsumsi fast food dengan kejadian obesitas (p=0,069;0,701). Kesimpulan : Tidak didapatkan hubungan yang bermakna secara statistic antara frekuensi konsumsi fast food kurang dari 3 kali seminggu dan asupan energi dalam fast food dengan obesitas dan didapatkan hubungan yang bermakna secara statistic antara asupan lemak, asupan gula dan asupan natrium dalam fast food dengan obesitas (p=0,00; 0,00; 0,021)