Sulawesi Tenggara adalah provinsi yang kaya akan sumber daya alam potensial, beberapa diantaranya adalah jambu mete (Anacardium occidentale) dan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis). Namun, potensi ini belum dapat dimanfaatkan secara optimal terutama pada bagian daun jambu mete dan tulang ikan cakalang. Daun jambu mete diketahui mengandung flavonoid yang bersifat antiinflamasi, antioksidan dan antimikroba dengan IC50 0,26 ppm. Tulang ikan cakalang mengandung kolagen sebesar 18,82% yang juga bersifat antiinflamasi dan dapat menjaga kesehatan kulit. Zat aktif flavonoid dan kolagen dari kedua jenis komoditas lokal ini dapat dikombinasikan menjadi sediaan transdermal patch yang berpotensi mempercepat penyembuhan luka pada kulit, khususnya luka lecet. Selain itu, pengembangan transdermal patch ini dapat menjadi salah satu upaya pemanfaatan komoditas lokal dan limbahnya secara optimal. Pembuatan transdermal patch memerlukan beberapa tahapan, dimulai dari tahap penyiapan serbuk simplisia, ekstraksi maserasi, ekstraksi gelatin dan pembuatan patch. Zat-zat berupa HPMC, PVP dan propilen glikol diperlukan dalam pembuatan basis transdermal patch karena berperan sebagai gelling agent, pelarut dan pengikat campuran. Uji flavonoid dengan metode Wilstater menggunakan serbuk Mg dan HCl pekat menunjukkan bahwa ekstrak dan serbuk simplisia daun jambu mete positif mengandung flavonoid dengan adanya perubahan warna sampel menjadi merah. Melalui uji karakteristik ditunjukkan bahwa transdermal patch telah memenuhi persyaratan sebagai sediaan obat topikal yang baik bagi kulit dengan nilai ketahanan lipat ≥ 300 kali, ketebalan ≤ 1 mm dan rata-rata pH 6,2 pada F2 dan F3. Patch yang telah jadi lalu ditempelkan pada plester hypafix untuk kemudian ditempelkan pada daerah luka