Urutan ayam asap adalah produk olahan daging tradisional Bali yang terbuat dari campuran daging ayam, lemak, dan bumbu Basa genep, dibungkus dalam selongsong sintetis dari kolagen rumput laut. Pada suhu kamar, daya tahan produk ini hanya 12 hari, sehingga diperlukan metode pengawetan seperti pengasapan untuk memperpanjang masa simpan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh suhu dan waktu pengasapan terhadap karakteristik mikrobiologi dan organoleptik urutan ayam asap. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial dengan tiga level suhu pengasapan (80oC, 90oC, dan 100oC) dan empat lama pengasapan (0,5; 1; 1,5; dan 2 jam), menghasilkan 12 kombinasi perlakuan, masing-masing diulang dua kali. Uji mikrobiologi meliputi Total Plate Count (TPC), Escherichia coli, Salmonella sp., dan Staphylococcus aureus, sedangkan uji organoleptik mencakup warna, aroma, rasa, tekstur, dan penerimaan keseluruhan oleh 20 panelis. Data dianalisis menggunakan Analisis of Variance (ANOVA), diikuti uji Duncans Multiple Range Test (DMRT) untuk perbedaan nyata. Hasil menunjukkan bahwa pengasapan pada suhu 90°C selama 1 jam merupakan perlakuan terbaik, menghasilkan TPC sebesar 3,7 x 105 CFU/g, E. coli <10 CFU/g, Salmonella negatif, dan S. aureus <10 CFU/g. Secara organoleptik, skor warna 5,20 (agak suka hingga suka), aroma 6,53 (suka hingga sangat suka), rasa 6,40 (suka hingga sangat suka), tekstur 6,47 (suka hingga sangat suka), dan penerimaan keseluruhan 6,40 (suka hingga sangat suka), memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk sosis daging (01-3820-2015). Suhu dan waktu pengasapan yang lebih tinggi secara signifikan mengurangi TPC dan E. coli, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap Salmonella dan S. aureus. Temuan ini memberikan wawasan penting untuk mengoptimalkan proses pengasapan guna meningkatkan keamanan dan kualitas sensorik urutan ayam asap.