A. Syadza Faradisa. PS
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

PERAN TOKOH ADAT (TUNGKU TIGO SAJARANGAN) DALAM MENGINTERNALISASIKAN NILAI-NILAI PANCASILA PADAANAK DI NAGARI ANDURIANG KECAMATAN 2X11 KAYU TANAM A. Syadza Faradisa. PS; Azwar; Jamurin
Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar Vol. 10 No. 03 (2025): Volume 10 No. 03 September 2025 In Process
Publisher : Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Pasundan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23969/jp.v10i03.32753

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran tokoh adat Tungku Tigo Sajarangan dalam menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila pada anak usia 7–13 tahun di Nagari Anduriang, Kecamatan 2x11 Kayu Tanam, serta mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaannya. Penelitian menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Informan penelitian terdiri dari niniak mamak, alim ulama, cadiak pandai, guru, orang tua, dan anak-anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa internalisasi nilai Pancasila berlangsung melalui keteladanan, pembiasaan, penguatan nilai, serta interaksi sosial oleh tokoh adat, keluarga, guru, dan masyarakat. Keterlibatan anak dalam kegiatan adat, sosial, dan keagamaan belum merata karena dipengaruhi lingkungan terdekat, serta lebih efektif apabila dilakukan dengan pendekatan partisipatif sesuai tahap perkembangan anak. Faktor pendukung antara lain keteladanan tokoh adat, dukungan orang tua, guru, serta forum sosial-keagamaan dan adat. Sedangkan faktor penghambat meliputi dominasi gawai, minimnya ruang edukatif, dan lemahnya sinergi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Simpulan penelitian menegaskan bahwa keberhasilan internalisasi nilai Pancasila membutuhkan pembiasaan nyata, keteladanan konsisten, dan dukungan ruang sosial yang kondusif. Tanpa sinergi lintas elemen, nilai Pancasila berisiko sekadar menjadi jargon, sementara generasi muda kehilangan arah pembinaan karakter berbasis adat dan budaya lokal.