Virus daun keriting kuning merupakan penyakit utama pada cabai dan menjadi penyebab kehilangan hasil cukup besar. Penggunaan genotipe tahan menjadi salah satu cara efektif untuk mengendalikan penyakit ini. Perakitan genotipe tahan penyakit dilakukan melalui serangkaian proses pemuliaan tanaman, diawali dengan identifikasi terhadap sumber materi genetik potensial. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi respons ketahanan 10 genotipe cabai rawit (C. frutescens L.) dan 4 genotipe cabai besar (C. annuum L.) koleksi Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) untuk memperoleh kandidat tanaman tahan. Penanaman dan inokulasi dilakukan di rumah kaca kebun percobaan Tajur, dan deteksi keberadaan virus dilakukan di laboratorium molekuler PKHT dengan metode amplifikasi DNA menggunakan degenerate primers Begomovirus SPG1 dan SPG2. Konfirmasi molekuler menunjukkan bahwa genotipe tanaman yang diuji terinfeksi virus daun keriting kuning. Berdasarkan nilai keparahan penyakit (KP), genotipe CB-EL dikategorikan tanaman tahan dengan nilai KP sebesar 8.89% dan periode inkubasi terlama, 21-50 hari. Genotipe CB-BA dan CB-BJ dengan nilai KP sebesar 13.33%, CB-CA dan PKHT-1 (15.56%), CR-SA dan PKHT-7 (17.78%) dan PKHT-6 (20.00%) masuk pada kategori tanaman agak tahan. Tingkat keparahan penyakit dan insidensi penyakit memiliki nilai duga heritabilitas arti luas sebesar 0.47 dan 0.61, masing-masing termasuk kategori sedang dan tinggi. Kata kunci: Bemisia tabaci, genotipe, heritabilitas, keparahan penyakit, seleksi