Deden Derajat Matra
Departemen Agronomi Dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB University), Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Aplikasi Ethepon dan Lilin Lebah dalam Upaya Degreening dan Perpanjangan Umur Simpan Buah Jeruk Keprok Garut (Citrus reticulata L.) Yande Artha Gautama; Darda Efendi; Deden Derajat Matra
Buletin Agrohorti Vol. 7 No. 3 (2019): Buletin Agrohorti
Publisher : Departemen Agronomi dan Hortikultura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (590.855 KB) | DOI: 10.29244/agrob.v7i3.30193

Abstract

Jeruk keprok garut (Citrus reticulata L.) merupakan jeruk yang memiliki warna kulit buah hijau kekuningan pada saat matang fisiologis. Teknologi degreening dengan menggunakan ethepon dapat meningkatkan kualitas warna jingga kulit jeruk tropika. Degreening merupakan proses perombakan pigmen klorofil sekaligus biosintesis karotenoid pada kulit jeruk dengan perlakuan tertentu. Pembentukan warna jingga kulit jeruk merupakan kombinasi antara β-citraurin dan β-cryptoxanthin. Selain teknologi degreening untuk membentuk warna jingga pada kulit jeruk, teknologi pascapanen untuk memperpanjang umur simpan jeruk yaitu pelilinan dengan lilin lebah. Penelitian ini bertujuan mengamati pengaruh konsentrasi larutan ethepon terhadap kecepatan degreening dan konsentrasi lilin lebah terhadap daya simpan jeruk keprok garut. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari 2018 di Laboratorium Pusat Kajian Hortikultura Tropika IPB. Penelitian ini menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) faktorial dua faktor. Faktor pertama adalah perlakuan ethepon (0 ppm dan 1 000 ppm), faktor kedua adalah perlakuan lilin lebah (0%, 6% dan 9%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ethepon 1 000 ppm memberikan pengaruh tidak berbeda nyata dapat membentuk warna jingga kekuningan (nilai CCI sebesar 5.91) pada kulit jeruk keprok garut pada 28 HSP. Pelapisan lilin lebah 9% yang dikombinasikan dengan ethepon 0 ppm menghasilkan susut bobot terendah pada akhir penyimpanan.
Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Rambutan, Serdang Bedagai, Sumatera Utara . Fackrurrozi; Ahmad Junaedi; Deden Derajat Matra
Buletin Agrohorti Vol. 7 No. 3 (2019): Buletin Agrohorti
Publisher : Departemen Agronomi dan Hortikultura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (291.758 KB) | DOI: 10.29244/agrob.v7i3.30259

Abstract

Teknik budidaya hidroponik merupakan salah satu cara untuk meningkatkan hasil dan kualitas tanaman tomat. Kegiatan magang di PT Amazing Farm dilakukan bulan Maret hingga Juli 2018. Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah untuk mempelajari dan meningkatkan kemampuan dalam aspek teknis dan aspek manajerial dalam budidaya sayuran, khususnya tanaman tomat. Tujuan khusus dari magang ini adalah untuk menentukan laju pertumbuhan dua varietas tomat berbeda yang ditanam di rumah kaca yang sama. Metode langsung diterapkan untuk mendapatkan data yang terkait dengan aspek teknis dan manajemen. Aspek teknis terdiri dari beberapa kegiatan yaitu: persiapan lahan, persiapan bahan tanam, persiapan penanaman dan penanaman, pemeliharaan, panen, dan pascapanen. Untuk mempelajari aspek manajerial, penulis telah aktif terlibat sebagai karyawan harian lepas, asisten mandor, dan pengawas. Metode tidak langsung dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dan data pendukung dari perusahaan seperti informasi umum perusahaan, arsip taman dan studi literatur. Secara umum, PT Agrikultura Amazing Farm telah menerapkan praktik pertanian yang baik. Uji coba melibatkan dua varietas yaitu varietas umagna dan levanso. Percobaan dilakukan dengan 3 ulangan dan unit pengamatan terdiri dari 5 sampel tanaman. Praktek budidaya yang diberikan terdiri dari penyiraman tanaman sebanyak 5 kali setiap hari dengan dosis setiap penyiraman pada 1 - 2 MST dengan larutan nutrisi 100 ml AB mix dan kadar EC 2 ms / cm, pada 3 - 4 MST dengan 150 ml AB mix dan kadar EC 2 ms / cm, pada 5 -7 MST dengan 200 ml AB mix dan kadar EC2,2 ms / cm, dan pada 8-24 MST dengan 300 ml AB mix dengan kadar EC 2,2 ms / cm. Hasil menunjukkan bahwa teknik budidaya tunggal dapat diterapkan untuk dua varietas yang berbeda dan menghasilkan hasil yang sama baiknya.
Morphophysiological Changes of Mangosteen Seedling (Garcinia mangostana L.) on Polyethylene Glycol (PEG) Application Dhika Prita Hapsari; Roedhy Poerwanto; Didy Sopandie; Edi Santosa; Deden Derajat Matra
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 11 No. 1 (2020): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jhi.11.1.1-12

Abstract

Mangosteen requires drought condition to induce flowering, however extending drought period might restrict the plant growth. Therefore, the response of mangosteen to drought stress needs to be studied. This research conducted on May to July 2017 using Randomized Block Design with one factor. The experiment comprised of 4 levels of polyethylene glycol (PEG 6000) treatment, i.e., PEG 0%, PEG 10% (-0.03 MPa), PEG 15% (-0.41 MPa) dan PEG 20% (-0.67 MPa) (m.v-1). The results showed that there is a dryness of the mangosteen leaves given PEG which occured slowly, starting from the edge of the leaves into the center of midrib. Water consumption was fluctuated until the end of experiment, which the highest was 33.33 ml per day in 0% PEG treated plant, then decreased until 10 ml per day in 20% PEG treated plant. Proline content increased from the first week to the third week after all PEG treatments. The highest proline content were found in 15% PEG (22.14 umol.g-1) and 20% PEG (23.46 umol.g-1) treated plants. Plant dry mass was low under water stress, and more severe stress resulted in more reduction of plant dry mass level. Water stress did not affect the N and Mg content significantly, but reduced P content in mangosteen seedling. Keywords: evapotranspiration, nutrient content, proline, water stress
DIFFERENTIALLY EXPRESSED GENES (DEGS) PADA Dryobalanops aromatica YANG DITUMBUHKAN PADA MEDIA GAMBUT DAN TANAH MINERAL Yosie Syadza Kusuma; Fifi Gus Dwiyanti; Deden Derajat Matra; Ulfah Juniarti Siregar; Iskandar Zulkarnaen Siregar
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 15, No 2 (2021): Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
Publisher : Center for Forest Biotechnology and Tree Improvement (CFBTI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpth.2021.15.2.115-128

Abstract

Dryobalanops aromatica is a highly economic value resin-producing tree and has been known as an important international trade commodity that is widely used in the perfume, cosmetic, medicine, and wood industries. In natural habitats, this species has been found to grow well on peatland and mineral soils. The information regarding adaptive genes in Indonesian native trees to abiotic stress is still very limited. The research was conducted to analyse the differentially expressed genes (DGEs) that can elucidate the role of several upregulated and down-regulated genes under peat media and mineral soil treatments. DGE analysis was carried out using R software, Bioconductor package 'edgeR'. Using the Benjamini and Hochberg approach to control FDR (FDR 0.05), with a Log2FC 2 and p-value of 0.05, showed 320 contigs were up-regulated and 439 contigs were down-regulated, while 58129 contigs were not significantly expressed. Furthermore, this study also presents an overview of the genes involved in different pathways, such as photosynthesis, carbon and energy metabolism, hormone-related genes, nitrogen metabolism, reactive oxygen species, and transcription factor. This information will be useful in understanding D. aromatica molecular responses to stress condition that may be of use for selecting genotypes in the breeding programs or peatlands restoration
Development of Microsatellite Markers to Determine Genetic Diversity of Indonesian Betel Nut (Areca catechu L.) Muhammad Roiyan Romadhon; Sobir; Willy Bayuardi Suwarno; Deden Derajat Matra
Nusantara Science and Technology Proceedings Multi-Conference Proceeding Series D
Publisher : Future Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11594/nstp.2023.3002

Abstract

Areca nut (Areca catechu) belongs to the monocotyledonous and palm family of plants known as betel nut or supari plants. The Center of origin areca nut comes from India. Areca nut is a cross-pollinated plant with a heterozygous heterogeneous genetic constitution. Next-generation sequencing is widely used for plant breeding activities, including developing SSR markers with an in-silico approach. This research aims to develop an SSR marker to detect genetic diversity in local areca nut from Indonesia. The genomic data used to develop SSR markers were obtained from the Whole Genome Sequencing of Pinang Reyan Hainan Cultivars obtained from NCBI. Fragments containing SSR regions were isolated using MISA software, and primers were designed with Primer3web v.4.1.0 (https://bioinfo.ut.ee/primer3/). The average total size of the sequences tested was 168770731.8, with a total number of SSRs identified as many as 1149,813. SSR motifs are used as a step in genetic diversity research because these motifs will be used in primary attachments which in turn can affect genetic diversity. There were twenty-eight primers generated from four amplicons (100-150, 150-200, 200-250, and 250-300 bp) used for multiplex primers with motifs (AAT)37, (TA)53, (TA)54, (TC)52, (TC)52, (TG)53, and (AG)54.
Pengaruh Perbedaan Waktu Pelilinan Setelah Proses Degreening Buah Jeruk Keprok Garut (Citrus reticulata L.) terhadap Perubahan Warna dan Umur Simpan Buah Ni Made Wasundhari Dharma Suarka; Darda Efendi; Deden Derajat Matra
Buletin Agrohorti Vol. 11 No. 2 (2023): Buletin Agrohorti
Publisher : Departemen Agronomi dan Hortikultura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/agrob.v11i2.47138

Abstract

Degreening merupakan perlakuan degradasi pigmen klorofil atau zat hijau daun. Kandungan pigmen klorofil yang tinggi dan perombakan klorofil yang berjalan lambat menyebabkan warna kulit jeruk tetap hijau. Buah dengan perlakuan degreening akan mengalami kerusakan pada pigmen klorofil sehingga warna yang akan dihasilkan adalah warna kuning atau jingga. Degreening juga dapat memperbaiki warna buah jeruk dari hijau menjadi berwarna jingga yang seragam. Penelitian ini bertujuan mencari waktu pelilinan yang tepat setelah proses degreening jeruk keprok garut (Citrus reticulata L.) terhadap perubahan warna dan umur simpan buah yang didekati dari beberapa peubah. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT), Institut Pertanian Bogor pada bulan Maret-April 2019. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan 1 faktor, yaitu perlakuan perbedaan waktu pelilinan setelah proses degreening. Waktu pelilinan yang digunakan adalah 0, 1, 2, dan 3 hari setelah degreening. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan 0, 2, dan 3 hari setelah degreening dapat membentuk warna jingga pada buah jeruk keprok garut pada 24 HSP. Susut Bobot tertinggi hingga pengamatan hari terakhir yaitu pada perlakuan pelilinan 3 hari setelah degreening dengan nilai susut bobot sebesar 12.1%, sedangkan untuk perlakuan lainnya nilai susut bobot rata-rata sebesar 10%. Kata kunci: ethepon, klorofil, lilin lebah, susut bobot, vitamin C
Status Gula dan Hara pada Daun Serta Status Gula pada Buah Manggis Selama Fase Perkembangan Buah Dhika Prita Hapsari; Roedhy Poerwanto; Didy Sopandie; Edi Santosa; Deden Derajat Matra
Jurnal AGROSAINS dan TEKNOLOGI Vol 9, No 1 (2024)
Publisher : Fakultas Pertanian - UMJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/jat.9.1.44-52

Abstract

Produksi manggis dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi yang cukup signifikan akibat terjadinya ketidakseimbangan fotosintat pada tanaman manggis. Pada saat on year buah manggis yang dihasilkan banyak namun berukuran kecil, sebaliknya pada saat off year buah manggis yang dihasilkan sedikit namun berukuran lebih besar. Selain itu, terjadi gugur buah yang cukup tinggi ketika on year akibat tanaman tidak mampu menopang buah yang sangat banyak. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mendapatkan informasi mengenai status nutrisi pada tanaman manggis sehingga dapat menjelaskan fluktuasi hara dan gula pada tanaman manggis selama satu periode panen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman manggis memiliki rasio jumlah daun dan buah yang tinggi yaitu 142:1. Perubahan kandungan hara daun akibat perkembangan buah manggis paling utama ditemukan pada unsur K, Ca, B, Cu, Zn yang memiliki peran penting dalam proses pembentukan buah. Diduga terjadi hambatan translokasi gula pada fase awal perkembangan buah yang ditunjukkan oleh tingginya kandungan gula pada daun seiring dengan rendahya kandungan gula pada buah manggis. Kandungan glukosa dan fruktosa paling tinggi terdapat pada buah manggis yang memasuki fase pematangan buah.ABSTRACTMangosteen production fluctuates year by year because of imbalance nutrient in plant. Plant produces a lot of fruit with smaller size during “on season”, while few of fruit with bigger size during “off season”. On the other hand, the high fruit drop occurred when “on season” because mangosteen tree is not able to hold too many fruits. This experiment was conducted to obtain the information of nutrient status on mangosteen tree and explain the fluctuation of nutrient and sugar in one harvset period. The result show that mangosteen had a very high ratio between leaves and fruit, i.e 142:1. The changes of nutrient content during fruit development were found in potassium (K) and calcium (Ca), B (boron), Cu (copper), Zn (zinc) which have a critical role in fruit set process. Limitation of sugar translocation in the beginning of fruit development stage was occurred. It shows by the high content of sugar in leaves along with the low content of sugar in mangosteen fruit. The highest glucose and fructose content in mangosteen fruit was found on the beginning of maturation stage.
Development of Microsatellite Markers to Determine Genetic Diversity of Indonesian Betel Nut (Areca catechu L.) Muhammad Roiyan Romadhon; Sobir; Willy Bayuardi Suwarno; Deden Derajat Matra
Nusantara Science and Technology Proceedings Multi-Conference Proceeding Series D
Publisher : Future Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11594/nstp.2023.3002

Abstract

Areca nut (Areca catechu) belongs to the monocotyledonous and palm family of plants known as betel nut or supari plants. The Center of origin areca nut comes from India. Areca nut is a cross-pollinated plant with a heterozygous heterogeneous genetic constitution. Next-generation sequencing is widely used for plant breeding activities, including developing SSR markers with an in-silico approach. This research aims to develop an SSR marker to detect genetic diversity in local areca nut from Indonesia. The genomic data used to develop SSR markers were obtained from the Whole Genome Sequencing of Pinang Reyan Hainan Cultivars obtained from NCBI. Fragments containing SSR regions were isolated using MISA software, and primers were designed with Primer3web v.4.1.0 (https://bioinfo.ut.ee/primer3/). The average total size of the sequences tested was 168770731.8, with a total number of SSRs identified as many as 1149,813. SSR motifs are used as a step in genetic diversity research because these motifs will be used in primary attachments which in turn can affect genetic diversity. There were twenty-eight primers generated from four amplicons (100-150, 150-200, 200-250, and 250-300 bp) used for multiplex primers with motifs (AAT)37, (TA)53, (TA)54, (TC)52, (TC)52, (TG)53, and (AG)54.
Pelilinan dan Penyimpanan Suhu Rendah pada Cabai Rawit Varietas Lokal Garut dan Ori 212 Dwi Utami Nur Usmani; Efendi, Darda; Deden Derajat Matra; Dewi Sukma
Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol. 14 No. 1 (2023): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jhi.14.1.40-48

Abstract

Cabai rawit memiliki kadar air cukup tinggi sehingga tidak dapat disimpan terlalu lama serta mudah mengalami kerusakan. Buah cabai yang sudah dipanen masih melangsungkan aktivitas fisiologis dan metabolisme sampai buah memasuki proses pembusukan. Perlu penanganan pasca panen yang dapat memperpanjang umur simpan dan mempertahankan mutu cabai rawit, diantaranya adalah dengan pelilinan menggunakan bahan yang aman dikonsumsi seperti lilin lebah, lilin karnauba, dan kitosan. Penelitian bertujuan mengetahui konsentrasi dari masing-masing bahan pelapis yang efektif memperpanjang masa simpan dan mempertahankan mutu buah dengan penyimpanan suhu rendah. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktor tunggal yaitu konsentrasi bahan pelapis. Pengamatan yang dilakukan terdiri dari pengamatan destruktif meliputi pengukuran kadar air pada awal sebelum perlakuan dan pengamatan non-destruktif meliputi pengukuran susut bobot, kualitas visual buah, kemunculan gejala penyakit, pembusukan buah, dan buah kering. Hasil penelitian menunjukkan pelilinan dikombinasikan dengan penyimpanan pada suhu rendah dapat menekan susut bobot, mempertahankan kualitas visual, serta menghambat kemunculan gejala penyakit. Cabai rawit varietas lokal garut dengan pelilinan lilin lebah 0,5%, lilin karnauba 0,5%, dan kitosan 1,5% serta cabai rawit varietas ori 212 dengan lilin lebah 0,5%, lilin karnauba 1,5%, dan kitosan 2% dengan penyimpanan suhu rendah mampu mempertahankan kualitas buah selama 30 hari. Kata kunci: cabai rawit, pasca panen, pelilinan, penyimpanan
Respons Ketahanan Sumberdaya Genetik Lokal Cabai (Capsicum frutescens L. dan Capsicum annuum L.) terhadap Infeksi Virus Daun Keriting Kuning Andarwening, Freestina; Sobir; Deden Derajat Matra
Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy) Vol. 50 No. 1 (2022): Jurnal Agronomi Indonesia
Publisher : Indonesia Society of Agronomy (PERAGI) and Department of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, IPB University, Bogor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (931.094 KB) | DOI: 10.24831/jai.v50i1.39780

Abstract

Virus daun keriting kuning merupakan penyakit utama pada cabai dan menjadi penyebab kehilangan hasil cukup besar. Penggunaan genotipe tahan menjadi salah satu cara efektif untuk mengendalikan penyakit ini. Perakitan genotipe tahan penyakit dilakukan melalui serangkaian proses pemuliaan tanaman, diawali dengan identifikasi terhadap sumber materi genetik potensial. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi respons ketahanan 10 genotipe cabai rawit (C. frutescens L.) dan 4 genotipe cabai besar (C. annuum L.) koleksi Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) untuk memperoleh kandidat tanaman tahan. Penanaman dan inokulasi dilakukan di rumah kaca kebun percobaan Tajur, dan deteksi keberadaan virus dilakukan di laboratorium molekuler PKHT dengan metode amplifikasi DNA menggunakan degenerate primers Begomovirus SPG1 dan SPG2. Konfirmasi molekuler menunjukkan bahwa genotipe tanaman yang diuji terinfeksi virus daun keriting kuning. Berdasarkan nilai keparahan penyakit (KP), genotipe CB-EL dikategorikan tanaman tahan dengan nilai KP sebesar 8.89% dan periode inkubasi terlama, 21-50 hari. Genotipe CB-BA dan CB-BJ dengan nilai KP sebesar 13.33%, CB-CA dan PKHT-1 (15.56%), CR-SA dan PKHT-7 (17.78%) dan PKHT-6 (20.00%) masuk pada kategori tanaman agak tahan. Tingkat keparahan penyakit dan insidensi penyakit memiliki nilai duga heritabilitas arti luas sebesar 0.47 dan 0.61, masing-masing termasuk kategori sedang dan tinggi. Kata kunci: Bemisia tabaci, genotipe, heritabilitas, keparahan penyakit, seleksi