Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Sosialisasi dan Edukasi Pengelolaan Nutrisi dan Gizi Untuk Meningkatkan Kesehatan Lansia Fitria, Irma; Maritalia, Dewi; Tambunan, Herrywati; Rahmadani, Nurfadhilah; Turrahmi, Alvia; Herdianti, Putri; Fuada, Syifa
LOSARI: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 5 No. 2 (2023): Desember 2023
Publisher : LOSARI DIGITAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53860/losari.v5i2.175

Abstract

Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan. Penuaan seringkali diiringi dengan munculnya berbagai gangguan kesehatan, mulai dari gangguan metabolisme hingga penurunan daya tahan tubuh. Penurunan kondisi fisik pada lansia seperti kehilangan gigi, indera pengecap dan penciuman menurun, tidak mudah merasa lapar, mudah diare , sembelit dan kembung sangat mempengaruhi asupan makan atau daya terima terhadap makanan. Kegiatan pengabdian kepada Masyarakat ini dilakukan di Desa Puuk wilayah kerja Puskesmas Plimbang Kabupaten Bireuen Aceh, yang diikuti oleh seluruh lansia yang ada di desa setempat. Dari hasil sosialisasi dan edukasi terlihat bahwa masyarakat terutama para lansia sangat antusias dalam mengikuti materi edukasi yang disampaikan dengan banyaknya pertanyaan untuk didiskusikan. Sebelum mendapatkan materi edukasi dari tim pengabdian, para lansia hanya memenuhi kecukupan gizi dengan mendengar dari issue yang beredar di masyarakat tentang makanan-makanan tertentu yang harus dikonsumsi dan harus dikurangi oleh lansia. Dengan adanya kegiatan ini, masyarakat khususnya para lansia mendapatkan informasi yang benar berkaitan dengan nutrisi yang tepat untuk pemenuhan gizi para lansia untuk meningkatkan kesehatan lansia.
STANDARISASI SIMPLISIA HERBA CIPLUKAN (Physalis angulata L.) Amanda Putri, Amelia; Sitinjak, Joan Mervin; Rizki Ndraha, Alva Hagaini; Herlinawati, Eria Nita; Ana, Mauli; Turrahmi, Alvia; Diansari Marbun, Eva; Thaib, Cut Masyithah
JURNAL TEKNOLOGI KESEHATAN DAN ILMU SOSIAL (TEKESNOS) Vol. 7 No. 1 (2025): JURNAL TEKNOLOGI, KESEHATAN DAN ILMU SOSIAL (TEKESNOS)
Publisher : Universitas Sari Mutiara Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51544/tekesnos.v7i1.6205

Abstract

Physalis angulata L. atau yang biasa dikenal tanaman ciplukan yang dianggap memiliki banyak manfaat kesehatan. Semua bagian yang terdapat pada tanaman ciplukan mempunyai berbagai manfaat mulai dari akar, batang dan buah dan daunnya berkhasiat. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan standardisasi simplisia herba ciplukan (Physalis angulata L.) sebagai upaya menjamin mutu, keamanan, dan konsistensi bahan baku obat herbal. Metode proses standardisasi dilakukan dengan menyesuaikan parameter tertentu dan parameter tidak tertentu. Parameter spesifik mencakup pengujian organoleptik, makroskopik, mikroskopik, dan skrining fitokimia. Sementara itu, parameter nonspesifik memeriksa kadar air, susut pengeringan, abu total, abu tidak larut dalam asam, dan kadar sari yang larut dalam air dan etanol. Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa herba ciplukan mengandung senyawa aktif seperti alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin, tetapi tidak mengandung triterpenoid dan steroid. Uji organoleptik menggambarkan ciri khas simplisia berupa warna coklat kehijauan, aroma khas tanaman herbal, serta rasa getir dan pahit. Adapun hasil uji non spesifik menunjukkan kadar air sebesar 10,4%, susut pengeringan 7,84%, jumlah abu total 3,311%, dengan 2% abu tidak larut dalam asam, dan 2% sari larut air 7,576%, dan kadar sari larut etanol 23,6%. Herba ciplukan (Physalis angulata L.) memenuhi sebagian besar parameter mutu simplisia dan ekstrak kering sesuai standar FHI dan BPOM. Kandungan bioaktif seperti flavonoid dan tanin menunjukkan potensi antioksidan, meskipun belum diuji secara kuantitatif. Dengan demikian, herba ini layak dikembangkan sebagai bahan obat herbal, namun masih diperlukan uji praklinis dan klinis lanjutan untuk memastikan efektivitas dan keamanannya. Latar belakang: Ciplukan (Physalis angulata L.) dikenal luas dalam pengobatan tradisional dan sering digunakan untuk mengatasi berbagai gangguan kesehatan. Herba tanaman ini mengandung senyawa aktif seperti flavonoid, alkaloid, tanin, dan saponin yang berperan dalam memberikan efek farmakologis. Penggunaan herba ciplukan secara turun-temurun menunjukkan potensi besar dalam pengembangan obat herbal. Namun, untuk dapat dimanfaatkan secara luas dalam industri obat tradisional dan herbal terstandar, diperlukan jaminan mutu, keamanan, dan konsistensi dari bahan baku yang digunakan. Salah satu langkah penting untuk menjamin mutu tersebut adalah melalui proses standarisasi simplisia, yaitu penetapan standar kualitas terhadap simplisia berdasarkan parameter fisik, kimia, dan organoleptik sesuai pedoman Farmakope Herbal Indonesia dan regulasi BPOM.  Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melakukan karakterisasi simplisia dan ekstrak kering herba ciplukan (Physalis angulata L.) berdasarkan parameter standardisasi yang sesuai dengan pedoman Farmakope Herbal Indonesia dan regulasi BPOM. Metode: Penelitian ini dilakukan menggunakan metode uji parameter spesifik dan nonspesifik dari simplisia dan ekstrak kering herba ciplukan (Physalis angulata L.) berdasarkan parameter standarisasi yang sesuai dengan pedoman Farmakope Herbal Indonesia dan regulasi BPOM. Hasil: Herba Physalis angulata L. (ciplukan) memenuhi standar mutu simplisia berdasarkan uji fitokimia, organoleptik, makroskopis, mikroskopis, dan parameter nonspesifik, serta menunjukkan potensi sebagai bahan baku obat herbal yang aman dan efektif. Kesimpulan: Herba ciplukan (Physalis angulata L.) memenuhi sebagian besar parameter mutu simplisia dan ekstrak kering sesuai standar Farmakope Herbal Indonesia dan BPOM. Kandungan bioaktif seperti flavonoid dan tanin menunjukkan potensi antioksidan, meskipun belum diuji secara kuantitatif. Dengan demikian, herba ini layak dikembangkan sebagai bahan obat herbal, namun masih diperlukan uji praklinis dan klinis lanjutan untuk memastikan efektivitas dan keamanannya.