Adriliningsih, Tira
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

NAGARI KOTO BARU: TINJAUAN KONDISI DAN TANTANGAN TERKINI Hambali, Hambali; Rafli, Muhammad; Adriliningsih, Tira; Ariij, Zahara; Ziadita, Zikra; Putri, Ghina Yulida
Musytari : Jurnal Manajemen, Akuntansi, dan Ekonomi Vol. 16 No. 11 (2025): Musytari : Jurnal Manajemen, Akuntansi, dan Ekonomi
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini memberikan gambaran yang objektif mengenai kondisi dan tantangan terbaru yang dihadapi Nagari Koto Baru, Kecamatan Padang Sago, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, dalam kurun waktu 4-6 tahun terakhir. Dengan inovasi dan kreativitas dalam mengolah pohon kelapa sehingga menjadi sektor utama perekonomiannya, Nagari ini dijuluki dengan sebutan "Nagari 1000 Pohon Kelapa". Namun sekarang, Nagari Koto Baru mengalami pergeseran signifikan pada sektor ekonomi utamanya. Analisis ini berdasarkan observasi langsung dan wawancara informal yang dilakukan selama pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) [2, 3, 5]. Berdasarkan observasi langsung dan wawancara dengan warga sekitar, perubahan di Nagari Koto Baru dipengaruhi oleh kurangnya dukungan keuangan dan program pemberdayaan setelah pergantian kepemimpinan. Hal ini menyebabkan kelompok pengolahan kelapa berhenti beroperasi, yang mengakibatkan penurunan pendapatan masyarakat dan peningkatan migrasi pemuda. Selain itu, nagari menghadapi masalah sosial seperti masalah kesehatan mata dan tingginya angka stunting, serta masalah infrastruktur seperti pasokan air bersih yang buruk dan konektivitas internet yang terbatas. Faktor lain yang menyebabkan situasi ini semakin rumit adalah keyakinan bahwa tata kelola pemerintahan nagari tidak bertindak secara proaktif, kolaborasi, dan terbuka [1, 7, 8]. Meskipun demikian, Nagari Koto Baru masih memiliki banyak potensi di bidang perkebunan (kelapa dan pepaya) dan pariwisata alam (Batang Air). Pemulihan sektor pengolahan kelapa melalui kerja sama dan dukungan pemerintah nagari, peningkatan program kesehatan masyarakat, perbaikan infrastruktur, peningkatan keterbukaan tata kelola, dan pengembangan pariwisata berkelanjutan merupakan beberapa contoh langkah yang dapat diambil untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada. Tujuan dari artikel ini adalah untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang Nagari Koto Baru serta saran praktis untuk membantu pemulihan dan pembangunan menuju kemandirian dan kesejahteraan yang berkelanjutan. [4, 6, 9] Kata kunci: Nagari Koto Baru; Pengolahan Kelapa; Kepemimpinan Nagari; Partisipasi Masyarakat; Pembangunan Berkelanjutan. Abstract This article provides an objective overview of the current conditions and challenges faced by Koto Baru Village, Padang Sago District, Padang Pariaman Regency, West Sumatra, over the past 4-6 years. With innovation and creativity in cultivating coconut trees as its main economic sector, this village is nicknamed "Nagari 1000 Coconut Trees". However, now, Koto Baru Village is experiencing a significant shift in its main economic sector. This analysis is based on direct observations and informal interviews conducted during the Community Service Program (KKN) [2, 3, 5]. Based on direct observations and interviews with local residents, changes in Nagari Koto Baru were influenced by a lack of financial support and empowerment programs following the change in leadership. This led to the closure of a coconut processing group, resulting in decreased community income and increased youth migration. Furthermore, the village faces social issues such as eye health issues and high stunting rates, as well as infrastructure issues such as poor clean water supply and limited internet connectivity. Further complicating the situation is the belief that the village's governance is not proactive, collaborative, and transparent [1,7,8]. Nevertheless, Nagari Koto Baru still has considerable potential in the plantation sector (coconut and papaya) and nature tourism (Batang Air). Recovery of the coconut processing sector through cooperation and support from the village government, enhanced public health programs, infrastructure improvements, increased transparency in governance, and the development of sustainable tourism are some examples of steps that can be taken to address existing problems. The purpose of this article is to provide a deeper understanding of Nagari Koto Baru and practical suggestions to assist recovery and development towards independence and sustainable prosperity. [4, 6, 9] Keywords: Nagari Koto Baru; Coconut Processing; Nagari Leadership; Community Participation; Sustainable Development.