Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya pengasuhan fatherless pada mahasiswa FIS-H Universitas Negeri Makassar, dan (2) dampak fatherless terhadap kehidupan mahasiswa FIS-H. Penelitian ini menggunakan metode campuran (mix methods) dengan pendekatan dominan kualitatif. Data kuantitatif menunjukkan bahwa 65% mahasiswa teridentifikasi mengalami kondisi fatherless dan faktor paling dominan adalah kurangnya kedekatan emosional dengan ayah (44%), yang ditandai dengan pola asuh yaitu minimnya komunikasi, keterlibatan dalam kehidupan sehari-hari, serta lemahnya dukungan emosional. Hasil dari penelitian memperlihatkan bahwasanya: (1) terdapat mahasiswa yang tinggal serumah dengan ayah, namun tidak merasakan kedekatan emosional karena sejak kecil ayahnya terlalu sibuk bekerja di luar rumah. Beberapa informan juga mengalami KDRT, hingga berujung pada perceraian orang tua. Terdapat pula ayah yang hanya menjalankan fungsi finansial dan hampir tidak terlibat dalam pengasuhan, yang mencerminkan pengaruh budaya patriarki di mana peran ayah direduksi hanya sebagai pencari nafkah. (2) Dampak dari kondisi fatherless menurunnya kepercayaan diri, kesulitan dalam membangun relasi sosial, dan pelarian emosional melalui hubungan asmara yang tidak sehat. Beberapa mahasiswa juga mengalami tekanan ekonomi karena harus mencukupi kebutuhan pendidikan secara mandiri. Sebagian lainnya merasa bingung dalam membentuk jati diri karena tidak memiliki figur ayah sebagai panutan. Temuan ini menunjukkan adanya disfungsi dalam sistem keluarga yang dianalisis menggunakan teori fungsionalisme struktural Robert K. Merton, di mana peran ayah yang tidak berjalan sebagaimana mestinya menimbulkan ketidakseimbangan sosial dan gangguan dalam perkembangan anak.